Minggu, 16 Maret 2014

Rangkuman Theories of Learning 7th, B.R. Hergenhanhn, Matthew H. Olson

Apa itu Belajar ?
Belajar (leraning) adalah salah satu topik paling penting di dalam psikologi dewasa ini, namun konsepnya sulit untuk didefinisikan. Sepanjang beberapa tahun belakangan ini ada kecenderungan untuk menerima definisi belajar yang merujuk pada perubahan dalam perilaku yang dapat diamati. Salah satu definisi yang palinbg populer adalah definisi yang dikemukakan oleh Kimble (1961, h . 6), yang mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen didalam behavioral potentiality (potensi behavioral) yang terjadi sebagai akibat dari reinforced practice (praktik yang diperkuat).
            Pertama, belajar diukur berdasarkan perubahan dalam perilaku, dengan kata lain hasil dari belajar harus selalu diterjemahkan kedalam perilaku atau tindakan yang dapat diamati. Setelah menjalani proses belajar, pembelajar (learner) akan mampu melakukan sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan sebelum mereka belajar. Kedua, perubahan behavioral ini relatif permanen,artinya hanya sementar dan tidak menetap. Ketiga, perubahan perilaku itu tidak selalu terjadi secara langsung setelah proses belajar selesai. Kendati ada potensi untuk bertindak secara berbeda, potensi untuk bertindak ini mungkin tidak akan diterjemahkan kedalam perilaku secara langsung. Keempat, perubahan perilaku atau potensi behavioral berasal dari pengalaman atau praktik (latihan). Kelima, pengalaman atau praktik harus diperkuat artinya hanya respons-respons yang menyebabkan penguatanlah yang akan tetap dipelajari. Meskipun istilah imbalan (reward) dan pengaturan (reinforcement) kerap dianggap sama, namun setidaknya ada dua alasan mengapa anggapan itu kurang tepat. Dalam karya Pavlov misalnya, suatu penguat (reinforcer) didefinisikan sebagai unconditioned stimulus, yakni setiap stimulus yang menimbulkan reaksi alamiah dan otomatis dari suatu organisme. Dalam riset Pavlovian, stimuli seperti larutan asam atau setrum listrik tak jarang dipakai sebagai unconditioned stimuli.
Belajar dan performa / tindakan
Hal-hal yang dipelajari mungkin tidak langsung dimanfaatkan. Atlet misalnya mungkin belajar posisi tertentu dengan melihat film dan mendengarkan penjelasan pelatih selama seminggu, namun mereka mungkin tidak menerjemahkan proses belajar itu kedalam perilaku sampai tiba waktu pertandingan. Beberapa pemain bahkan tidak melakukan apa-apa selama waktu yang agak panjang karena sakit atau cidera. Jadi, disini kita mengatakan bahwa potensi untuk bertindak secara berbeda adalah berasal dari belajar, meskipun perilakunya mungkin tak dipengaruhi dengan segera.
Mengapa kita mengacu pada praktik atau pengalaman ?
Perilaku yang lebih sederhana adalah hasil dari refleks. Sebuah refleks dapat didefinisikan sebagai respons yang tak dipelajari lebih dahulu atau respons pembawaan internal dalam rangka berekasi terhadap sekelompok stimuli tertentu. Bersin ketika hidung Anda tergelitik, kaki Anda tersentak emndadak ketika lutut Anda dipukul, atau secara mendadak menarik tangan saat tersengat api adalah contoh dari tindakan refleks. Perilaku refleks ini jelas tidak perlu dipelajari terlebih dahulu, ia adalah karakteristik bawaan genetik dari organisme, bukan hasil dari pengalaman.
            Perilaku yang kompleks juga bisa merupakan karaketristik bawaan. Jika pola perilaku yang kompleks adalah warisan genetik, msks perilaku itu akan disebut sebagai contoh dari instinct atau naluri. Perilaku naluriah anatara lain aktivitas seperti membangun sarang, migrasi, hibernasi, dan perilaku kawin. Selama beberapa waktu para psikolog menjelaskan pola perilaku yang kompleks ini dengan menyebutnya sebagai insting atau naluri.
Pembentukan keterikatan antara organisme dengan objek enviromental dinamakan imprinting (penanaman) . studi tentang imprinting menimbulkan sejumlah pertanyaan. Jenis belajar, jika ada dalam perilaku spesies-spesifik dan sejauh mana tingkatannya masih harus diteliti lebih mendalam. Tetapi point yang ditekankan disini adalah bahwa agar perubahan perilaku bisa dikatakan berkaitan dengan proses belajar, perubahan itu harus relatif permanen dan harus berasal dari pengalaman. Jika satu organisme melakukan satu pola tindakan yang kompleks, namun bukan berasal dari pengalaman, maka tindakan itu tidak bissa dikatakan sebagai perilaku yang dipelajari.

Definisi belajar yang dimodifikasi
Pengalaman dapat menyebabkan peristiwa yang bisa memodifikasi perilaku. Keletihan adalah salah satu contohnya

Apakah ada perbedaan antar jenis-jenis belajar ?
Belajar seperti yang sudah kita lihat, adalah istilah umum yang digunakan untuk mendiskripsikan perubahan potensi perilaku yang berasal dari pengalaman. Akan tetapi, conditioning (pengkondisian, pensyaratan) adalah istilah yang lebih spesifik yang dipakai untuk mendiskripsikan ptosedur aktual yang dapat memofidifikasi perilaku. Karena ada dua jenis pengkondisian, instrumental dan classical, banyak teoritisi menyimpulkan bahwa ada setidaknya dua jenis belajar atau bahwa belajar pada dasarnya dapat dipahami dalam term pengkondisian klasik dan instrumental. Meskipun kedua prosedur pengkondisian ini didiskusikan secara detail nanti, namun kita bisa meringkas prosedur ini.
Pengkondisian klasik
1.      Sebuah stimulus, seperti makanan dfisajikan kepada suatu organisme dan akan menyebabkan reaksi natural dan otomatis seperti keluarnya air liur. Stimulus yang menyebabkan reaksi natural ini dinamakan unconditioned stimulus (US) yaitu stimulus tak bersyarat. Dalam kasusu ini makananadalah US. Reaksi natural dan otomatis terhadap US ini dinakan uncontioned response (UR) yaitu respons tak bersyarat. Dalam kasusu ini keluarnya air liur adalah UR.
2.      Suatu stimulus netral (stimulus yang tidak menimbulkan UR) seperti suara atau cahaya, disajikan kepada organisme itu tepat sebelum penyajian makanan US (makanan). Stimulus netral ini dinamakan conditioned stimulus (CS) yaitu stimulus bersyarat atau terkondisikan.
3.      Setelah Cs dan US dipasangkan beberapa kali, dengan Cs selalu mendahului US, kemudian disajikan CS saja, dan organisme itu akan mengeluarkan air liur. Respons air liur ini yang sama dengan respons organisme itu tersebut terhadap US, kini terjadi saat merespons CS, yakni suara atau cahaya. Kini kita mengatakan bahwa tampak ada conditioned response (CR). Dalam pengkondisian klasik, US dinamakan penguatan karena seluruh prosedur pengkondisian  bergantung kepadanya. Tetapi, perhatian bahwa dalam pengkondisian klasik, organisme itu tidak punya kontrol atas penguatan tersebut. Ia terjadi saat eksperimenter meniginginkannnya terjadi. Dengan kata lain, dalam pengkondisian klasik penguatan tidak bergantung pada respons nyata yang dibuat oleh organisme.
Pengkondisian instrumental
Hubungan antara penguatan dan perilaku organisme akan sangat berbeda dalam pengkondisian instrumental. Dalam pengkondisian instrumental, organisme harus bertindak dengan cara tertentu sebelum perilaku diperkuat, yakni penguatan bergantung pada perilaku organisme. Jika binatang tidak melakukan tindakab yang digharapkan, penguatan tidak terjadi. Jadi dalam pengkondisian instrumental ino, perilaku adalah instrumental (penting sekali) untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, yakni penguat (reinforcer).
Teoritisi belajar semakin menyadari bahwa membatasi diri pada riset pengkondisian instrumental dan klasik saja tidak akan membuat mereka memahami area pengalaman manusia yang jauh lebih luas. Pengkondisian sederhana hanya menyediakan basisi untuk jenis belajar yang lebih maju. Meskipun banyak teritisi poercaya bahwa perilaku yang kompleks pada dasarnya dapat dipahami dalam term pengkondisian klasik atau instrumental, namun ada pula yang menentang pendapat ini.
Belajar dan survival
Proses belajar ini juga memungkinkan organisme menyesuaikan dirii dengan perubahan lingkungan. Sumber kebutuhan dan objek yang membahayakan tidak jarang berubah-ubah dan karena itu jika penyesuaian diri suatu organisme terhadap lingkungannya tidak bersift dinamis, ia tidak akan bertahan hidup. Proses belajar memungkinkan organisme bertindak secara fleksibel untuk bertahan hidup didalam kondisi lingkungan yang amat bervariasi. Agar bisa bertahan hidup, organisme harus belajar tentang objek lingkungan mana yang positif (kondusif untuk survival) dan yang mana yang negatif (yang membahaykan survival) dan mana yang netral (yang tidak memengaruhi survival).
Untuk apa mengkaji proses belajar ?
Kebanyakan perilaku manusia itu terbentuk melalui proses belajar, penelitian atas prinsip-prinsip belajar akan membantu kita memahami mengapa kita berperilaku seperti yang kita lakukan sekarang. Pemaham,an tentang proses belajar akan menambah pengetahuan kita bukan hanya tentang perilaku normal dan perilaku adaptif tetapi juga situasi yang menimbulkan perilaku maladaptif dan perilaku abnormal (tidak normal). Psikoterapi yang efektif mungkin berasal dari pemahaman semacam ini
Ada juga hubungan erat antara prinsip belajar dengan praktik pendidikan. Dalam banyak kasuus prinsip yang terungkpa selama mengkaji proses belajar di laboratorium pada akhirnya akan dipakai dalam pengajaran di kelas. Penggunaan proses belajar terprogram, mesin pengajaran dan instruksi dengan bantuan komputer dalah tiga contoh dari bagaimana riset tentang proses belajar bisa memengaruhi praktik pengajaran.
Pendekatan untuk Studi tentang Belajar Kebanyakan teoritisi berpendapat bahwa belajar hanya dapat diamati secara tak langsung melalui perubahan perilaku. Sulitnya melakukan pengamatan langsung inilah yang menimbulka begitu banyak pendekatan studi. Metode mempelajaroi fenomena saat fenomena itu terjadi secara alamiah dinamakan naturalistic observation (onservasi naturalistik).
Ada dua kekurangan utama dalam pendekatan observasi naturalistik ini. Pertama karena situasi di kelas sangatlah kompleks makan sulit untuk mengamati dan mencatat dengan akurat. Kedua, ada kecenderungan untuk mengklasifikasi peristiwa ke dalam bagian-bagaian yang mungkin terlalu komprehensif.
Klasifikasi yang kelihatannya sederhana mungkin akan menkjadi tampak sangat kompleks jika diteliti lebih mendalam. Observasi naturalistis dapat menjadi labgkah penting pertama untuk mengkaji proses belajar. Observasi naturalistis mungkin penting untuk mengisolasi kelompok-kelompok kejadian utnuk keperluan studi lebih lanjut, namun ini kemudian harus direduksi menjadi komponen-komponen kejadian untuk keperluann studi lebih lanjut, namun ini kemudiann harus direduksi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil untuk analisi lebih lanjut. Pendekatan semacam ini dinamakan elementism.
Studi sistematis terhadap belajar
Apakah ilmu pengetahuan (sains) itu?
Menurut Hergenhahn dan Olson (2003)
Science (ilmu pngetahuan ilmiah) mengkombinasikan dua pandangan filsafat kuno tentang asal usul pengetahuan yang dinamakan rasionalisme. Menurut kaum rasionalis, informasi harus dipilah-pilah oleh pikiran sebelum konklusi (kesimpulan) yang rasional dan masuk akal dapat diambil. Pandangan yang kedua dinamakan emprisme, menyatakan bahwa pengalaman indrawi adalah basisi dari semua pengetahuan. Jadi rasionalis menekankkan pada operasi mental sedangkan emprirs menyamakan pengetahuan dengan pengalaman.
Aspek-aspek teori
Teori ilmiah mengandung dua aspek penting. Pertama, sebuah teori memiliki aspek formal yang menekankan kata dan simbol yang ada didalam teori. Kedua, sebuah teori memiliki aspek empiris yang terdiri dari peristiwa-peristiwa fisik yang hendak dijelaskan oleh teori.
Kebanyakan psikolog sepakat bahwa astrologi adalah sistem formal yang sudah berkembang baik namun tidak berkaitan dengan kejadian empiris aktual.
Kaidah ilmiah dapat didefinisikan sebagai hubungan yang konsisten antara dua atau lebih kelompok kejadian yang terlihat. Semua ilmu pengetahuan ilmiah berusaha mengungkap kaidah atau hukum tersebut. Teori sebagai alat karena teori hanya alat riset, ia tidak bisa dikatakan salah atau benar, ia bisa dikatakan berguna atau tidak berguna. Jika sebuha hipotesisi yang dihasilkan oleh sebuah teori bisa dikonfirmasi atau diterima maka teori itu akan semakin kuat. Kita melihat bahwa teori harus terus-menerus menghasilkan hipotesis dasar yang mungkin membuktikan bahwa teori itu tidak efektif.
Prinsip Parsimoni
Menyatakan bahwa ketika kedua twori yang sama-sama efektif dapat menjelaskan fenomena yang sama, tetapi salah satu penjelasnnya adalah lebih sederhana dan yang satunya lagi lebih kompleks, maka kita harus menggunakan penjelasan yang lebih sederhana
Keputusan arbitrer dalam menentukan eksperimen belajar
Ilmu pengetahuian ilmiah kerap dianggap sebagai cara yang objektif dan dingin untuk samp[ai kapada kebenaran. Tetapi ilmuwan sering sangat emosional sangat subjektif, dan kebenaran yang mereka temukan bersifat dinamis dan probabilistik, karakerisasi ini bisa dilihat dalam jumlah keputusan arbitrer dalam menentukan setiap eksperimen belajar.
1.      Aspek apa dari proses belajar yang harus diteliti ?
Aspek apa yang harus diteliti tentu saja sebagian ditentukan oleh teoori tentang belajar yang dianut seseorang
2.      Teknik idiografis vs nomotetis
3.      Subjek manusia vs subjek hewan non manusia
4.      Teknik korelasi vs teknik eksperimental
Periset lainnya menggunakan experimental technique
5.      Variabel bebas (independen) mana yang harus dikaji ?
Apa variabel yang mungkin memengaruhi perilaku yang sedang diteliti ? contonhya perbedaan jenis kelamin, perbedaan usia, ukuran materi stimulus yang dipakai, tingkat presentasi, makna materi yang dipakai, instruksi, kecerdasan, obat-obatan, interval antar percobaab, interaksi dengan tugas-tugas lain. Fungsi teori lainnya adlah memberi periset beberapa pedoman untuk memilih variabel bebas dan terikat.
6.      Seberapa banyak level bebas yang akan diteliti ?
7.      Memilih variabel bebas
Variabe bebas yang umun dalam eksperimemn antara lain adalah skor atau nilai tes/ujian, trials to extinction, kecepatan lari, tingkat respons, waktu untuk menemukan solusi, trials to criterion, latensi, probabilitas respons, jumlah kesalahan, dan besaran respons
8.      Analisis dan interprestasi data
Gagasan Awal Tentang Belajar
 Epistemologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat pengetahuan. Pandangan Plato dan Aristoteles tentang hakikat pengetehuan telah memengaruhi kecenderungan filsafat yang masih bertahan sampai sekarang. Plato percaya bahwa pengetahuan adalah diwariskan dan karenanya merupakan komponen natural dari pikiran manusia. Pikiran harus terlibat dalam instropeksi atau perenungan aktif untuk mengungkap pengetahuan yang diwariskan.
Filsafat Plato dan Aristoteles menunjukkan kesulitan dalam penggunaan istilah filsafat umum seperti rasionalis, nativis, dan empiris. Rasionalis berpendapat bahwa pengetahuan harus terlibat aktif dalam pencarian pengetahuan misalnya dengan berpikir, menalar atau mendeduksi. Jelas baik Plato maupun Aristoteles adalah rasionalis.
Pengetahuan yang diperoleh dari pengalam indrawi adalah kekuatan yang diwariskan. Empirisis berpekndapat bawa informasi indrawi adalah basis dari semua pengetahuan dan karena Aristoteoles percaya ini mala dia bisa disebut empirisis.
Tidak ada rasionalis murni, empiris muenil, atau nativis murni
Plato
Kaum Pythagorean percya bahwa alam semesta diatur oleh hubungan-hubungan numerik yang memengaruhi dunia fisik. Angka dan berbagai kombinasinya menyebabkan peristiwa di dunia fisik terjadi. Dan kedua kejadian itu, angka dan kejadian empiris yang menyebabkannya adalah riil. Hal yang abstrak memiliki eksistensi yang independen dan mampu memengaruhi objek fisik. Meskipun angka dan materi berinteraksi yang kita raskan dengan indra kita adalah materi, bukan angka. Ini menulkan pendapat dualistik tentang semesta, dimana salah satu aspek dapat diraskan dan dialami lewat indra dan yang satunya lagi tidak bisa.
Teori pengetahuan kenangan
Semua manusia memiliki jiwa. Sebelum dimasukkan ke tubuh pada saat kelahiran, jiwa berada didalam pengetahuan yang lengkap dan mruni. Jadi semua jiwa manusia mengetahui segala sesuatu sebelum masuk ke tubuh. Setelah masuk ke tubuh pengetahuan juwa itu menjadi terkontaminasi [oleh informasi indrawi. Hanya dngan cara mengalihkan perhatian dari dunia fisik yang tak murni ke dunia ide, merenunginya dengan mata pikiran barulah kita bisa berharap mendapatkan kembali pengetahuan sejati kita. Jadi semua pengetahuan adalah remiscence atau kenangan atau ninmgatan tentang pengalaman jiwa kita saat berada di langit di atas langit 
Plato adalah nativi karena dia menganggap pengetahuan adalah diwariskan. 
Aristoteles Menganggap informasi indrawi adalah basis dari semua pengetahuan. Dia menganggap bahwa kesan indra adalah awal dari pengetahuan pikiran kemudian harus merenungi kesan ini untuk menemukan hukum-hukum yang ada didalamnya. Hukum-hukum yang mengatur dunia empiris tidak diketahui lewat informasi indrawi saja tetapi harus diungkap melalui pemikiran aktif 
Ada dua perbedaan utama antara teori pengetahuan Plato dengan Aristoteles/ pertama, huku, bentuk, atau alam yang dikaji Aristoteles dianggap tidak memiliki eksistensi yang independen dari manifestasi empirisnya, seperti yang diasumsikan Plato. Semesta adalah hubungan-hubungan yang dapat diamati. Aristoteles merumuskan hukum asosiasi. Dia mengatakan bahwa pengalaman atau ikatan akan satu objek cenderung menimbulkan ingatan akan hal-hal yang berlawanan atau hukum kontras atau ingatan tentang hal-hal yang pada awanya dialami bersama dengan objek tersebut atau hukum kontiguitas.
Awal psikologi modern . Pikiran adalah bebas dan dapat menentukan tindakan tubuh. Gerakan diluar tubuh akan menimbulkan tarikan pada tali-tali kencang yang menuju ke otak, tarikan itu akan membuka pori-pori otak, melepaskan animl spirit yang mengalir ke otot dan menimbulkan tindakan. Karenanya pikiran atau lingkungan fisik dapat memunculkan perilaku.
Pikiran adalah bebas dan hanya dimiliki manusia saja. Dalam menjelaskan cara kerja pikiran. Descartes bersandar pada innate ideas (ide bawaan) dan karenanya tampak ada pengaruh Palto dalam filsafatnya.
Hobbes terutama menarik dengan kondisi politik dan kemasyarakatan tempat manusia hidup. Dia menganggap bahwa manusia pada dasarnya mementingkan dirinya sendiri dan agresif dan jika mereka dibiarkan hidup sesuai dengan sifanya itu, maka kehidupan akan dipenuhi dengan perang dan keinginan memuaskan diri sendiri. Kelompok kultural yang berbeda-beda memiliki pemikiran dan keyakinan yang amat berbeda-beda. Walaupun ide-ide sederhana berasal dari pengalaman, ide-ide itu dikombinasikan melalu refleksi, dan refleksi adalah proses rasional. Seperti dikatakan Leibniz (1946-1716) saat meringkaskan filsafat locke :” tak satupun hal-hal dalam pikiran yang tidak ada lebih dahulu di dalam indra, kecuali pikiran itu sendiri”.Pengaruh historis lain terhadap teori belajar. Phrenology memberikan dua pengaruh yang cukup lama terhadap psikologi, yang satu bagus dan yang satunya buruk. Seseorang dapat meningkatkan kemampuan penalaran mereka, misalnya dengan mempelajari topik-topik seperti matematika atau bahasa latin. Disiplin formal yaitu sebuah konsep yang menyediakan jawaban untuk pertanyaan tentang bagaimana belajar ditransfer dari satu situasi ke satu situasi lainnya.
Salah satu prinsip penting dari asosiaso adalah hukum frekuensi, yang menjadi fokus riset Ebbinghaus. Hukum frekuensi menyatakan bahwa semakin sering suatu pengalaman terjadi, semakin mudah pengalaman itu diingat atau dilakukan lagi. Dengan kata lain, memori mendapat kekuatan repetisi. Tingkat lupa sangat cepat untuk beberapa jam pertama setelah pengalaman belajar dan sangat lambat sesudahnya.
Mazhab psikologi awal
Voluntarisme
Salah satu tujuan eksperimentalnya adalah menemukan elemen-elemen pikiran, yakni elemen-elemen dasar yang menyusun pemikiran/ wundt mendirikan apa yang umumnya dianggap sebagai laboratorium psikolgi pertama pada 1879 dan tujuan utamanya adalah menemukan elemen pikiran dan proses dasra yang mengatur pengalaman kesadaran.
Produk pikiran hanya dapat dipelajari sebagaimana mereka terjadi dalam sejarah atau dalam proses kehidupan.
Fungsionalisme
Kesadaran berfungsi sebagai satu kesatuan yang tujuannya adalah membuat organisme bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Aliran kesadaran berubah saat pengalaman total berubah.
Konstribusi utama fungsioanlis untuk teori belajar adalah bahwa mereka mempelajari hubungan kesadaran dengan lingkungan, bukan mempelajarinya sebagai fenomena tersendiri.  
Behaviorisme 
Seharusnya kesadaran tidak usah dipelajari sama sekali, agar ilmiah, ilmu psikologi perlu pokok persoalan yang cukup stabil dan dapat diukur secara reliabel, dan pokok persoalan itu adalah perilaku. Poin utama behavioris adalah bahwa perilakulah yang seharusnya dipelajari karena perilaku dapat dikaji secara langsung. Kejadian-kejadian mental seharusnya diabaikan karena tidak bisa dikaji secara langsung.  
Pada dasarnya psikolog mempelajari perilaku. Bahkan para psikolog kognitif menggunakan perilaku untuk mengukur kejadian kognitif. Karena alasan ini dapat dikatakan bahwa semua psikolog kontemporer adalah behavioris.  
Ringkasan dan ulasan 
Paradigma ini berfokus pada cara dimana proses evolusi membpersiapkan organisme untuk beberapa jenis belajar tetapi membuat jenis belajar lain menjadi sulit atau mustahil.
Salah satu perhatian utamanya adalah menghubungkan temuan laboratoriumnya dengan solusi problem manusia.Karya-karyanya memicu perkembangan mesin pengajaran dan belajar terprogram.Dua artikel yang representative dalam area ini adalah “The Science of Learning and The Art of Teaching”.
Perilaku Responden dan Operan
Skiner membedakan dua jenis perilaku : respondent behavior (perilaku responden),yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali,dan operant behavior (perilaku operan),yang tidak mengakibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organisme.Contoh dari perilaku responden adalah semua gerak refleks,seperti menarik tangan ketika tertusuk jarum,menutupnya kelopak mata saat terkena cahaya yang menyilaukan,dan keluarnya air liur pada saat ada makanan.Karena perilakunya operan pada awalnya tidak berkolerasi dengan stimuli yang dikenali,maka ia tampak spontan.Contohnya adalah tindakan ketika hendak bersiul,berdiri lalu berjalan,atau anak yang meninggalkan satu mainan dan beralih ke mainan lainnya.dalam pengkondisian operan,penekannya adalah pada perilaku dan pada konsekuensinya,dengan pengkondisian operan,organism pasti merespon dengan cara tertentu untuk memproduksi stimulus yang menguatkan.
Prinsip pengkondisian operan berlaku untuk berbagai macam situasi.Untuk memodifikasi perilaku, seseorang cukup mencari sesuatu yang menguatkan bagi suatu organisme yang perilakunya hendak dimodifikasi, menunggu sampai perilaku yang diinginkan terjadi, dan kemudian segera memperkuat organisme itu.
Jika seseorang mengontrol penguatan, maka ia juga akan mengontrol perilaku. Akan tetapi, ii tidak perlu dianggap sebagai pernyataan negatif karena perilaku secara konstan dipengaruhi oleh penguatan, entah itu kita sadari atau tidak. Persoalan bukanlah apakah perilaku itu akan dikontrol, tetapi siapa atau apa yang akan mengontrolnya. Orang tua, misalnya, dapat memutuskan untuk mengarahkan kemunculan personalitas anaknya dengan memperkuat perilaku tertentu, atau mereka bisa membiarkan masyarakat yang akan mengasuh anak mereka dengan cara membiarkan masyarakat yang akan mengasuh anak mereka dengan cara televisi, teman sebaya, sekolah, buku, dan babysitter menjalankan peran penguatannya.
Pembentukan
Proses pengkondisian operan yang telah kita deskripsikan sejauh ini membutuhkan banyak waktu. Ada pendekatan lain untuk pengkondisian operan yang disebut dengan shaping (pembentukan) yang tidak membutuhkan waktu lama. Belakangan ini ditemukan bahwa di dalam situasi tertentu, kontigen yang sudah ada sebelumnya atau bahkan kontigensi aksidental antar kejadian dilingkungan dan respons hewan secara otomatis membentuk perilaku. Fenomena ini dinamakan autoshaping.

Pelenyapan
Akan sedikit keliru jika mengatakan bahwa setelah pelenyapan ini tidak ada lagi respons yag muncul akan lebih tepat jika dikatakan bahwa setelah pelenyapan ini, respons akan kembali kepada respons dimana penguatan belum diperkenalkan.
Perilaku Takhayul
Penguatan setelah respons penekanan tuas adalah contoh dari penguatan kontigen karena penguat ini bergantung pada respons. Tetapi, apa yang akan terjasi jika situasinya ditata sedemikian rupa sehingga mekanisme pemberi makanan itu kadang-kadang atau sesekali aktif sendiri tapa dipengaruhi aktivitas hewan? Dengan kata lain, kini kita akan menata situasi di mana mekanisme pemberi makan akan secara acak memberikan secuil makanan tanpa dipengaruhi oleh apa yang dilakukan oleh hewan.
Operan Diskriminatif
Kita bisa mengatur situasi sedemikian rupa sehingga hewan akan menerima secuil makanan apabila cahaya lampu di kota skinner menyala tetapi ia tidak mendapat makanan jika cahaya padam. Jadi, operan diskriminatif melibatkan suatu sinyal yang menimbulkan respons yang pada giliranya menimbulkan penguatan. Perlu diingat bahwa perkembangan respons berantai selalu berasal dari penguat utama terus kebelakang. Semakin banyak stimuli lain yang menjadi penguat sekunder,rantainya makin panjang. Misalnya, adalah mungkin suatu rantai akan secara gradual memanjang hingga sampai respons yang biasa terjadi di sarang asli si hewan.Terkadang tikus dilatih untuk melakukan respons berantai yang kompleks seperti memanjat tangga, mengendarai keret-keretaan kecil, menyebrangi jembatan, memanikan piano, memasuki elevator kecil, menarik suatu rantai, menurunkan elevator, dan mendapatkan sepotong makanan.
Hukuman
Hukuman terjadi ketika suatu respons menghilangkan sesuatu yang positif dari situasi atau menambahkan sesuatu yang negative. Dalam bahasa sehari-hari kita dapat mengatakan bahwa hukuman adalah mencegah pemberian sesuatu yang diharapkan organisme, atau member organisme sesuatu yang tidak diinginkannya. Dalam masing-masing kasus, hasil dari responsnya akan menurunkan probabilitas terulangnya respons itu secara temporer.
1.Hukuman menyebabkan efek samping emosional yang buruk.
2.Hukuman menunjukan apa yang tidak boleh dilakukan organisme, bukan apa yang seharusnya dilakukan.
3.Hukuman menjustifikasi tindakan menyakiti pihak lain.
4.Berada dalam situasi dimana perilaku yang dahulu dihukum kini dapat dilakukan tanpa mendapat hukuman lagi mungkin akan menyebabkan anak merasa diperbolehkan melakukannya lagi.
5.Hukuman akan menimbulkan agresi terhadap pelaku penghukumdan pihak lain.
6.Hukuman sering mengganti respons yang tidak diinginkan dengan respons yang tak diinginkan lainnya.
Cara lainnya dengan membiarkan waktu yang menentukan, tetapi cara ini boleh jadi akan terlalu lama. Kebiasaan tidak akan mudah dilupakan.
Perilaku Verbal
Skinner percaya bahwa perilaku verbal (bahasa) dapat dijelaskan dalam konteks teori penguatan. Bicara dan mendengar adalah respons-respons yang dipengaruhi oleh penguatan, seperti halnya respons lainnya. Kontrak kontigensi adalah perluasan pemikiran Skinnerian. Ringkasnya, ini berarti menyusun semacam tata-situasi dimana seseorang mendapat sesuatu yang diinginkannya apabila orang itu bertindak dalam cara tertentu. Istilahnya berasal dari fakta bahwa perjanjian (kontrak) itu dilakukan dalam ranka memperkuat aktivitas tertentu, yang tidak akan bisa diperkuat tanpa perjanjian semacam itu. Banyak problem perilaku muncul lantaran perilaku kita lebih banyak dipengaruhi oleh penguat langsung ketimbang penguat yang tak langsung. Misalnya, bagi beberapa orang, melahap makanan enak yang sudah ada didepan mata akan lebih menarik ketimbang mengikuti saran untuk berpuasa demi kesehatan dalam jangka panjang.
Sikap Skinner Terhadap Teori Belajar
Skinner percaya bahwa tak perlu kita merumuskan teori yang rumit untuk mempelajari perilaku manusia, dan dia percaya kita tak perlu kolerasi fisiologis dari perilaku. Skinner juga berpendapat bahwa teori belajar yang kompleks, adalah membuang-buang waktu dan sia-sia. Pada satu waktu teori-teori seperti itu mungkin berguna dalam psikologi, namun ia tak akan lagi berguna saat kita berhasil mengumpulkan lebih banyak data lagi.
Kebutuhan Akan Tekhnologi Perilaku
Skinner menganggap tekhnologi perilaku yang disusun dengan cermat akan bisa membantu manusia memecahkan banyak masalah, namun banyak orang menentang dengan sejumlah kepercayaan tentang diri kita, terutama diri manusia sebagai makhluk yang rasional, bebas, dan bermartabat.

Relativitas Penguatan
Secara tradisional, penguat dianggap sebagai sebuah stimuli atau perangsang. Penguat primer biasanya dianggap terkait dengan keberlangsungan hidup organisme, dan penguat sekunder adalah stimulus yang secara konsisten dipasangkan dengan penguat primer. Tetapi premack menunjukan bahwa semua respons harus dianggap sebagai penguat potensial. Ketika preferensi berubah. Misalnya, selama hewan lapar, ia akan sering makan, dan karenanya pemberian makan dapat dipakai untuk memperkuat aktivitas lainnya.
Kesalahan Perilaku Organisme
Pandangan yang berbeda dengan pendapat bahwa hokum belajar yang sama berlaku untuk semua mamalia tampaknya adalah pandangan yang berkaitan dengan konsep insting, dan mengatakan bahwa spesies yang berbeda memiliki kecenderungan bawaan yang berbeda yang berinteraksi dengan hokum belajar, atau bahkan menolak hukum itu.
Instruksi Berbasis Komputer
Ketika komputer di pakai untuk menyajikan pengajaran terprogram atau jenis materi pelajaran lainnya, proses ini dinamakan computer-based instruction (CBI). Pengguna computer yang mengikuti tutorial itu akan mampu bekerja dengan cara dan kesepakatannya sendiri melalui unit-unit kecil yang dimaksud untuk mengajarkan keahlian dan aplikasi spesifik. Tutorial itu mengharuskan adanya respons yang tegas dan keterlibatan aktif dalam mempelajari materi. Komputer bukan hanya dapat digunakan untuk menyajikan materi instruksional, tetapi juga bisa untuk mengevaluasi seberapa baikkah materi telah dipelajari.


Generalisasi
Generalisasi dari situasi belajar awal ke situasi belajar lainnya dapat dengan mudah dijelaskan dengan teori sampling stimulus.
Pelenyapan
Estes menjelaskan problem pelenyapan dengan cara yang pada dasarnya sama dengan yang dilakukan Guthrie.
Pemulihan Spontan
Pemulihan spontan adalah munculnya kembali respons yang dikondisikan setelah respons itu mengalami pelenyapan.
Pencocokan Probabilitas
Selama bertahun-tahun para behavioris dibingungkan oleh teka-teki fenomena probability matching (pencocokan probabilitas). Eksperimen pencocokan probabilitas tradisional adalah menggunakan sinyal cahaya yang diikuti dengan satu atau dua cahaya lainnya.
Model Belajar Menurut Estes
Semua teori belajar statistical bersifat probabilistik ; yakni, variabel bebas yang mereka studi adalah probabilitas respons. Tetapi, ada perbedaan opini mengenai apa sifat dari belajar yang ditunjukan oleh perubahan probabilitas respons ini kepada kita.Teori sampling stimulus Estes menerima sudut pandang incremental (gradual) maupun all-or-none tentang proses belajar.Untuk membedakan antara pendapat yang mengatakan bahwa belajar adalah gradual dengan pendapat yang mengatakan bahwa belajar adalah sekaligus atau tidak sama sekali (all-or-none).
Estes Dan Psikologi Kognitif
Baik Guthrie maupun Estes memandang belajar sebagai asosiasi kejadian yang terjadi bersamaan secara mekanis dan otomatis. Pada intinya, organisme, termasuk manusia, dianggap sebagai mesin yang dapat merasakan, mencatat, dan merespons. Pentingnya memori, memori juga berperan penting dalam analisis Estes terhadap operasi kognitif tingkat tinggi seperti yang melibatkan bahasa. Dengan mengikuti tradisi empirisis Inggris, Estes mengasumsikan bahwa memori-memori sederhana akan dikombinasikan untuk membentuk memori kompleks.
Belajar Untuk Belajar
Sebenarnya, secara logika, teori belajar incremental juga dapat direduksi menjadi teori all-or-none. Apa yang sebenarnya diperdebatan oleh para teoretisi adalah soal besarnya materi yang dipelajari pada percobaan tertentu. Menurut Harlow, belajar adalah soal menghilangkan strategi yang salah (faktor kesalahan), bukan soal memperkuat respons yang benar. Jadi, proses selanjutnya lebih cepat sebab belajar pada tahap ini didasarkan pada strategi yang dapat secara efektif diaplikasikan untuk problem diskriminasi dua pilihan.
Status Terkini Model Matematika Untuk Belajar
Walaupun kita telah meminimalkan kajian matematis dalam pembahasan kita tentang Estes, Pendekatan Estes sesungguhnya sering disebut sebagai model matematika untuk belajar sebab dia berusaha menunjukan bagaimana proses belajar dapat dideskripsikan dalam term rumus matematika. Model matematika ini relatif baru dalaaaaaaaam psikologi. Para psikologis selalu ingin ilmiah, dan bahasa sains ilmiah adalah matematika. Karenanya, ketika ada kesempatan untuk menggunakan matematika dengan cara baru untuk ilmu psikologi, model matematika disambut dengan antusias dan optimis.
Perilaku Molar
Karakteristikutama behavior (perilaku molar) adalah perilaku itu purposive (memiliki tujuan) yakni, ia selalu diarahkan untuk suatu tujuan. Teori Tolman disebut sebagai purposive behaviorism sebab ia berusaha menjelaskan perilaku yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan,atau purposive behavior (perilaku purposif atau bertujuan). Walaupun Tolman menggunakan istilah itu dalam teorinya secara lebih bebas ketimbang behavioris, namun dia tetaplah seorang behavioris, dan objektif.
Belajar Versus Performa
Kita tahu banyak hal tentang lingkungan kita namun hanya bertindak berdasarkan informasi ini ketika kita membutuhkannya. Seperti telah dikemukakan, pengetahuan ini, yang berasal dari pengujian realitas, tetap tersimpan sampai ia dibutuhkannya.
Belajar Laten
Latent learning (belajar laten) adalah belajar yang tidak diterjemahkan kedalam performa atau kinerja. Dengan kata lain, adalah mungkin hasil belajar akan tetap disimpan dalam jangka waktu yang lama sebelum ia dimunculkan dalam bentuk perilaku. Teori belajar laten memprekdisikan bahwa kelompok ini akan mempelajari jalur teka-teki sebanyak yang dipelajari oleh kelompok yang diperkuat secara regular dan bahwa ketika penguatan diperkenalkan pada hari kesebelas, kelompok segera menampilkan performa yang sama bagusnya dengan kelompok yang terus-menerus diperkuat.
Ekspektasi Penguatan
Dalam situasi pemecahan masalah, kita belajar dimana letak tujuannya, dan kita sampai kesana dengan mengikuti rute paling pendek. Dan memperkirakan kejadian tertentu akan muncul mengikuti kejadian lainnya. Tetapi, perlu dicatat bahwa kelompok yang dilatih untuk bubur berperforma lebih baik ketimbang kelompok yang dilatih untuk mendapat biji-bijian sebelum dilakukan pergeseran itu. Pembaca pasti ingat situasi dimana ada diskrepansi antara apa yang diharapkan dengan apa yang dialami.
Enam Jenis Belajar :
1.      Cathexes
Cathexis (jamak, cathexes) (kateksis) adalah tendesi belajar untuk mengasosiasikan objek tertentu dengan keadaan dorongan tertentu. Misalnya, ada makanan tertentu untuk memuaskan dorongan lapar.
2.      Keyakinan Ekuivalensi
Ketika “subtujuan” memilikiefek yang sama dengan tujuan itu sendiri, maka subtujuan itu dikatakan merupaka equivalence belief (keyakinan ekuivalensi).
3.      Ekspentasi Medan
Field expectancies (ekspetasi medan) berkembang dengan cara yang serupa dengan perkembangan peta kognitif. Organisme belajar bahwa sesuatu akan menimbulkan sesuatu yang lain.
4.      Mode Medan-Kognisi
Jenis belajar yang kurang diyakini oleh Tolman adalah strategi, suatu cara, untuk menangani situasi pemecahan problem. Ini adalah tendensi untuk mengatur bidang perseptual dalam kongfigurasi tertentu.
5.      Diskriminasi Dorongan
Diskriminasi dorongan berarti bahwa organisme dapat menentukan keadaan dorongan mereka sendiri dan karenanya dapat merespons dengan benar. Misalnya, ditemukan bahwa hewan dapat dilatih untuk berbelok kesuatu arah dalam jalur teka-teki terbentuk T apabila mereka lapar dan kearah lain apabila mereka haus.
6.      Pola Motor
Tolman menunjukan bahwa teorinya terutama berkaitan dengan asosiasi ide dan tidak terlalu berhubungan dengan car aide-ide itu menjadi diasosiasikan dengan perilaku. Belajar dengan pola ini adalah usaha untuk memecahkan kesulitan ini.
Trend Terbaru Dalam Teori Belajar.

Setidaknya ada empat tren utama dalam pendekatan studi belajar dewasa ini. Pertama, teori belajar saat ini lebih sederhana cangkupannya. Teori Estes adalah contoh dari reduksi domain teori belajar kontemporer.
Kedua, ada penekanan pada neurofisiologi belajar. Penjelasan neurofisiologis mengenai proses belajar berangkat dari pandangan gerakan behavioristik dan kini semakain popular, seperti yang terlihat dari adanya minat besar terhadap kajian jaringan neural dan koneksionisme baru.
Ketiga, proses kognitif seperti pembentukan konsep, pengambilan resiko, dan pemecahan masalah kembali menjadi topic studi yang populer. Proses kognitif, karena erat hubungannya dengan introspeksi, diabaikan selama masa dominasi behaviorisme.Behaviorisme adalah reaksi ekstrem terhadap metode instropeksi dan merupakan usaha untuk menjadikan psikologi sebagai sains dengan memberinya pokok materi yang dapat diamati dan reliable-perilaku.  
Keempaat, ada peningkatan perhatian terhadap aplikasi prinsip belajar untuk solusi problem praktis. Proses belajar belakangan ini lebih ditekankan dalam rangka menjelaskan perkembangan kepribadian. Beberapa teknik psikoterapi yang efektif dewasa ini didasarkan pada prinsip belajar.

Belum Ada Jawaban Final Tentang Proses Belajar.
Tidak ada jawaban final berkenaan dengan sifat proses belajar dalam buku ini. Tetapi,fakta itu tidak perlu membuat mahasiswa patah asa, sebab dalam sains tidak pernah ada jawaban final. Dalam menentukan perilaku manusia, tidak ada proses yang lebih penting ketimbang belajar, dan jika begitu, maka salah upaya yang pentig yang bisa dilakukan seseorang adalah membantu mengungkapkan misteri dibalik proses belajar itu.