Belajar
(leraning) adalah salah satu topik paling penting di dalam psikologi dewasa
ini, namun konsepnya sulit untuk didefinisikan. Sepanjang beberapa tahun
belakangan ini ada kecenderungan untuk menerima definisi belajar yang merujuk
pada perubahan dalam perilaku yang dapat diamati. Salah satu definisi yang
palinbg populer adalah definisi yang dikemukakan oleh Kimble (1961, h . 6),
yang mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen didalam
behavioral potentiality (potensi behavioral) yang terjadi sebagai akibat dari
reinforced practice (praktik yang diperkuat).
Pertama, belajar diukur berdasarkan
perubahan dalam perilaku, dengan kata lain hasil dari belajar harus selalu
diterjemahkan kedalam perilaku atau tindakan yang dapat diamati. Setelah
menjalani proses belajar, pembelajar (learner) akan mampu melakukan sesuatu yang
tidak bisa mereka lakukan sebelum mereka belajar. Kedua, perubahan behavioral
ini relatif permanen,artinya hanya sementar dan tidak menetap. Ketiga,
perubahan perilaku itu tidak selalu terjadi secara langsung setelah proses
belajar selesai. Kendati ada potensi untuk bertindak secara berbeda, potensi
untuk bertindak ini mungkin tidak akan diterjemahkan kedalam perilaku secara
langsung. Keempat, perubahan perilaku atau potensi behavioral berasal dari
pengalaman atau praktik (latihan). Kelima, pengalaman atau praktik harus
diperkuat artinya hanya respons-respons yang menyebabkan penguatanlah yang akan
tetap dipelajari. Meskipun istilah imbalan (reward) dan pengaturan
(reinforcement) kerap dianggap sama, namun setidaknya ada dua alasan mengapa
anggapan itu kurang tepat. Dalam karya Pavlov misalnya, suatu penguat
(reinforcer) didefinisikan sebagai unconditioned stimulus, yakni setiap
stimulus yang menimbulkan reaksi alamiah dan otomatis dari suatu organisme.
Dalam riset Pavlovian, stimuli seperti larutan asam atau setrum listrik tak
jarang dipakai sebagai unconditioned stimuli.
Belajar
dan performa / tindakan
Hal-hal yang dipelajari mungkin tidak langsung
dimanfaatkan. Atlet misalnya mungkin belajar posisi tertentu dengan melihat
film dan mendengarkan penjelasan pelatih selama seminggu, namun mereka mungkin
tidak menerjemahkan proses belajar itu kedalam perilaku sampai tiba waktu
pertandingan. Beberapa pemain bahkan tidak melakukan apa-apa selama waktu yang
agak panjang karena sakit atau cidera. Jadi, disini kita mengatakan bahwa
potensi untuk bertindak secara berbeda adalah berasal dari belajar, meskipun
perilakunya mungkin tak dipengaruhi dengan segera.
Mengapa kita mengacu pada praktik atau
pengalaman ?
Perilaku yang lebih sederhana adalah
hasil dari refleks. Sebuah refleks dapat didefinisikan sebagai respons yang tak
dipelajari lebih dahulu atau respons pembawaan internal dalam rangka berekasi terhadap
sekelompok stimuli tertentu. Bersin ketika hidung Anda tergelitik, kaki Anda
tersentak emndadak ketika lutut Anda dipukul, atau secara mendadak menarik
tangan saat tersengat api adalah contoh dari tindakan refleks. Perilaku refleks
ini jelas tidak perlu dipelajari terlebih dahulu, ia adalah karakteristik
bawaan genetik dari organisme, bukan hasil dari pengalaman.
Perilaku yang kompleks juga bisa
merupakan karaketristik bawaan. Jika pola perilaku yang kompleks adalah warisan
genetik, msks perilaku itu akan disebut sebagai contoh dari instinct atau
naluri. Perilaku naluriah anatara lain aktivitas seperti membangun sarang,
migrasi, hibernasi, dan perilaku kawin. Selama beberapa waktu para psikolog
menjelaskan pola perilaku yang kompleks ini dengan menyebutnya sebagai insting
atau naluri.
Pembentukan keterikatan antara organisme
dengan objek enviromental dinamakan imprinting (penanaman) . studi tentang
imprinting menimbulkan sejumlah pertanyaan. Jenis belajar, jika ada dalam
perilaku spesies-spesifik dan sejauh mana tingkatannya masih harus diteliti
lebih mendalam. Tetapi point yang ditekankan disini adalah bahwa agar perubahan
perilaku bisa dikatakan berkaitan dengan proses belajar, perubahan itu harus
relatif permanen dan harus berasal dari pengalaman. Jika satu organisme
melakukan satu pola tindakan yang kompleks, namun bukan berasal dari
pengalaman, maka tindakan itu tidak bissa dikatakan sebagai perilaku yang
dipelajari.
Definisi belajar yang dimodifikasi
Pengalaman dapat menyebabkan peristiwa
yang bisa memodifikasi perilaku. Keletihan adalah salah satu contohnya
Apakah ada perbedaan antar jenis-jenis
belajar ?
Belajar seperti yang sudah kita lihat,
adalah istilah umum yang digunakan untuk mendiskripsikan perubahan potensi
perilaku yang berasal dari pengalaman. Akan tetapi, conditioning
(pengkondisian, pensyaratan) adalah istilah yang lebih spesifik yang dipakai
untuk mendiskripsikan ptosedur aktual yang dapat memofidifikasi perilaku.
Karena ada dua jenis pengkondisian, instrumental dan classical, banyak
teoritisi menyimpulkan bahwa ada setidaknya dua jenis belajar atau bahwa
belajar pada dasarnya dapat dipahami dalam term pengkondisian klasik dan
instrumental. Meskipun kedua prosedur pengkondisian ini didiskusikan secara
detail nanti, namun kita bisa meringkas prosedur ini.
Pengkondisian klasik
1. Sebuah
stimulus, seperti makanan dfisajikan kepada suatu organisme dan akan
menyebabkan reaksi natural dan otomatis seperti keluarnya air liur. Stimulus
yang menyebabkan reaksi natural ini dinamakan unconditioned stimulus (US) yaitu
stimulus tak bersyarat. Dalam kasusu ini makananadalah US. Reaksi natural dan
otomatis terhadap US ini dinakan uncontioned response (UR) yaitu respons tak
bersyarat. Dalam kasusu ini keluarnya air liur adalah UR.
2. Suatu
stimulus netral (stimulus yang tidak menimbulkan UR) seperti suara atau cahaya,
disajikan kepada organisme itu tepat sebelum penyajian makanan US (makanan).
Stimulus netral ini dinamakan conditioned stimulus (CS) yaitu stimulus
bersyarat atau terkondisikan.
3. Setelah
Cs dan US dipasangkan beberapa kali, dengan Cs selalu mendahului US, kemudian
disajikan CS saja, dan organisme itu akan mengeluarkan air liur. Respons air
liur ini yang sama dengan respons organisme itu tersebut terhadap US, kini
terjadi saat merespons CS, yakni suara atau cahaya. Kini kita mengatakan bahwa
tampak ada conditioned response (CR). Dalam pengkondisian klasik, US dinamakan
penguatan karena seluruh prosedur pengkondisian
bergantung kepadanya. Tetapi, perhatian bahwa dalam pengkondisian klasik,
organisme itu tidak punya kontrol atas penguatan tersebut. Ia terjadi saat
eksperimenter meniginginkannnya terjadi. Dengan kata lain, dalam pengkondisian
klasik penguatan tidak bergantung pada respons nyata yang dibuat oleh organisme.
Pengkondisian
instrumental
Hubungan
antara penguatan dan perilaku organisme akan sangat berbeda dalam pengkondisian
instrumental. Dalam pengkondisian instrumental, organisme harus bertindak
dengan cara tertentu sebelum perilaku diperkuat, yakni penguatan bergantung pada
perilaku organisme. Jika binatang tidak melakukan tindakab yang digharapkan,
penguatan tidak terjadi. Jadi dalam pengkondisian instrumental ino, perilaku
adalah instrumental (penting sekali) untuk mendapatkan sesuatu yang
diinginkannya, yakni penguat (reinforcer).
Teoritisi
belajar semakin menyadari bahwa membatasi diri pada riset pengkondisian
instrumental dan klasik saja tidak akan membuat mereka memahami area pengalaman
manusia yang jauh lebih luas. Pengkondisian sederhana hanya menyediakan basisi untuk
jenis belajar yang lebih maju. Meskipun banyak teritisi poercaya bahwa perilaku
yang kompleks pada dasarnya dapat dipahami dalam term pengkondisian klasik atau
instrumental, namun ada pula yang menentang pendapat ini.
Belajar
dan survival
Proses belajar ini juga
memungkinkan organisme menyesuaikan dirii dengan perubahan lingkungan. Sumber
kebutuhan dan objek yang membahayakan tidak jarang berubah-ubah dan karena itu
jika penyesuaian diri suatu organisme terhadap lingkungannya tidak bersift
dinamis, ia tidak akan bertahan hidup. Proses belajar memungkinkan organisme
bertindak secara fleksibel untuk bertahan hidup didalam kondisi lingkungan yang
amat bervariasi. Agar bisa bertahan hidup, organisme harus belajar tentang
objek lingkungan mana yang positif (kondusif untuk survival) dan yang mana yang
negatif (yang membahaykan survival) dan mana yang netral (yang tidak
memengaruhi survival).
Untuk
apa mengkaji proses belajar ?
Kebanyakan
perilaku manusia itu terbentuk melalui proses belajar, penelitian atas
prinsip-prinsip belajar akan membantu kita memahami mengapa kita berperilaku
seperti yang kita lakukan sekarang. Pemaham,an tentang proses belajar akan
menambah pengetahuan kita bukan hanya tentang perilaku normal dan perilaku
adaptif tetapi juga situasi yang menimbulkan perilaku maladaptif dan perilaku
abnormal (tidak normal). Psikoterapi yang efektif mungkin berasal dari
pemahaman semacam ini
Ada
juga hubungan erat antara prinsip belajar dengan praktik pendidikan. Dalam
banyak kasuus prinsip yang terungkpa selama mengkaji proses belajar di
laboratorium pada akhirnya akan dipakai dalam pengajaran di kelas. Penggunaan
proses belajar terprogram, mesin pengajaran dan instruksi dengan bantuan
komputer dalah tiga contoh dari bagaimana riset tentang proses belajar bisa
memengaruhi praktik pengajaran.
Pendekatan
untuk Studi tentang Belajar
Kebanyakan
teoritisi berpendapat bahwa belajar hanya dapat diamati secara tak langsung
melalui perubahan perilaku. Sulitnya melakukan pengamatan langsung inilah yang
menimbulka begitu banyak pendekatan studi. Metode mempelajaroi fenomena saat
fenomena itu terjadi secara alamiah dinamakan naturalistic observation
(onservasi naturalistik).
Ada
dua kekurangan utama dalam pendekatan observasi naturalistik ini. Pertama
karena situasi di kelas sangatlah kompleks makan sulit untuk mengamati dan
mencatat dengan akurat. Kedua, ada kecenderungan untuk mengklasifikasi
peristiwa ke dalam bagian-bagaian yang mungkin terlalu komprehensif.
Klasifikasi
yang kelihatannya sederhana mungkin akan menkjadi tampak sangat kompleks jika
diteliti lebih mendalam. Observasi naturalistis dapat menjadi labgkah penting
pertama untuk mengkaji proses belajar. Observasi naturalistis mungkin penting
untuk mengisolasi kelompok-kelompok kejadian utnuk keperluan studi lebih
lanjut, namun ini kemudian harus direduksi menjadi komponen-komponen kejadian
untuk keperluann studi lebih lanjut, namun ini kemudiann harus direduksi
menjadi komponen-komponen yang lebih kecil untuk analisi lebih lanjut.
Pendekatan semacam ini dinamakan elementism.
Studi
sistematis terhadap belajar
Apakah
ilmu pengetahuan (sains) itu?
Menurut
Hergenhahn dan Olson (2003)
Science
(ilmu pngetahuan ilmiah) mengkombinasikan dua pandangan filsafat kuno tentang
asal usul pengetahuan yang dinamakan rasionalisme. Menurut kaum rasionalis,
informasi harus dipilah-pilah oleh pikiran sebelum konklusi (kesimpulan) yang
rasional dan masuk akal dapat diambil. Pandangan yang kedua dinamakan emprisme,
menyatakan bahwa pengalaman indrawi adalah basisi dari semua pengetahuan. Jadi
rasionalis menekankkan pada operasi mental sedangkan emprirs menyamakan
pengetahuan dengan pengalaman.
Aspek-aspek
teori
Teori ilmiah mengandung
dua aspek penting. Pertama, sebuah teori memiliki aspek formal yang menekankan
kata dan simbol yang ada didalam teori. Kedua, sebuah teori memiliki aspek
empiris yang terdiri dari peristiwa-peristiwa fisik yang hendak dijelaskan oleh
teori.
Kebanyakan psikolog
sepakat bahwa astrologi adalah sistem formal yang sudah berkembang baik namun
tidak berkaitan dengan kejadian empiris aktual.
Kaidah ilmiah dapat
didefinisikan sebagai hubungan yang konsisten antara dua atau lebih kelompok kejadian
yang terlihat. Semua ilmu pengetahuan ilmiah berusaha mengungkap kaidah atau
hukum tersebut. Teori
sebagai alat karena teori hanya alat
riset, ia tidak bisa dikatakan salah atau benar, ia bisa dikatakan berguna atau
tidak berguna. Jika sebuha hipotesisi yang dihasilkan oleh sebuah teori bisa
dikonfirmasi atau diterima maka teori itu akan semakin kuat. Kita melihat bahwa
teori harus terus-menerus menghasilkan hipotesis dasar yang mungkin membuktikan
bahwa teori itu tidak efektif.
Prinsip
Parsimoni
Menyatakan
bahwa ketika kedua twori yang sama-sama efektif dapat menjelaskan fenomena yang
sama, tetapi salah satu penjelasnnya adalah lebih sederhana dan yang satunya
lagi lebih kompleks, maka kita harus menggunakan penjelasan yang lebih
sederhana
Keputusan
arbitrer dalam menentukan eksperimen belajar
Ilmu
pengetahuian ilmiah kerap dianggap sebagai cara yang objektif dan dingin untuk
samp[ai kapada kebenaran. Tetapi ilmuwan sering sangat emosional sangat
subjektif, dan kebenaran yang mereka temukan bersifat dinamis dan
probabilistik, karakerisasi ini bisa dilihat dalam jumlah keputusan arbitrer
dalam menentukan setiap eksperimen belajar.
1. Aspek
apa dari proses belajar yang harus diteliti ?
Aspek apa yang harus
diteliti tentu saja sebagian ditentukan oleh teoori tentang belajar yang dianut
seseorang
2. Teknik
idiografis vs nomotetis
3. Subjek
manusia vs subjek hewan non manusia
4. Teknik
korelasi vs teknik eksperimental
Periset lainnya
menggunakan experimental technique
5. Variabel
bebas (independen) mana yang harus dikaji ?
Apa variabel yang
mungkin memengaruhi perilaku yang sedang diteliti ? contonhya perbedaan jenis
kelamin, perbedaan usia, ukuran materi stimulus yang dipakai, tingkat
presentasi, makna materi yang dipakai, instruksi, kecerdasan, obat-obatan,
interval antar percobaab, interaksi dengan tugas-tugas lain. Fungsi teori
lainnya adlah memberi periset beberapa pedoman untuk memilih variabel bebas dan
terikat.
6. Seberapa
banyak level bebas yang akan diteliti ?
7. Memilih
variabel bebas
Variabe bebas yang umun
dalam eksperimemn antara lain adalah skor atau nilai tes/ujian, trials to
extinction, kecepatan lari, tingkat respons, waktu untuk menemukan solusi,
trials to criterion, latensi, probabilitas respons, jumlah kesalahan, dan
besaran respons
8. Analisis
dan interprestasi data
Gagasan
Awal Tentang Belajar
Epistemologi
adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat pengetahuan. Pandangan
Plato dan Aristoteles tentang hakikat pengetehuan telah memengaruhi
kecenderungan filsafat yang masih bertahan sampai sekarang. Plato percaya bahwa
pengetahuan adalah diwariskan dan karenanya merupakan komponen natural dari
pikiran manusia. Pikiran harus terlibat dalam instropeksi atau perenungan aktif
untuk mengungkap pengetahuan yang diwariskan.
Filsafat
Plato dan Aristoteles menunjukkan kesulitan dalam penggunaan istilah filsafat
umum seperti rasionalis, nativis, dan empiris. Rasionalis berpendapat bahwa
pengetahuan harus terlibat aktif dalam pencarian pengetahuan misalnya dengan
berpikir, menalar atau mendeduksi. Jelas baik Plato maupun Aristoteles adalah
rasionalis.
Pengetahuan
yang diperoleh dari pengalam indrawi adalah kekuatan yang diwariskan. Empirisis
berpekndapat bawa informasi indrawi adalah basis dari semua pengetahuan dan
karena Aristoteoles percaya ini mala dia bisa disebut empirisis.
Tidak
ada rasionalis murni, empiris muenil, atau nativis murni
Plato
Kaum
Pythagorean percya bahwa alam semesta diatur oleh hubungan-hubungan numerik
yang memengaruhi dunia fisik. Angka dan berbagai kombinasinya menyebabkan
peristiwa di dunia fisik terjadi. Dan kedua kejadian itu, angka dan kejadian
empiris yang menyebabkannya adalah riil. Hal yang abstrak memiliki eksistensi
yang independen dan mampu memengaruhi objek fisik. Meskipun angka dan materi
berinteraksi yang kita raskan dengan indra kita adalah materi, bukan angka. Ini
menulkan pendapat dualistik tentang semesta, dimana salah satu aspek dapat
diraskan dan dialami lewat indra dan yang satunya lagi tidak bisa.
Teori
pengetahuan kenangan
Semua
manusia memiliki jiwa. Sebelum dimasukkan ke tubuh pada saat kelahiran, jiwa
berada didalam pengetahuan yang lengkap dan mruni. Jadi semua jiwa manusia
mengetahui segala sesuatu sebelum masuk ke tubuh. Setelah masuk ke tubuh
pengetahuan juwa itu menjadi terkontaminasi [oleh informasi indrawi. Hanya
dngan cara mengalihkan perhatian dari dunia fisik yang tak murni ke dunia ide,
merenunginya dengan mata pikiran barulah kita bisa berharap mendapatkan kembali
pengetahuan sejati kita. Jadi semua pengetahuan adalah remiscence atau kenangan
atau ninmgatan tentang pengalaman jiwa kita saat berada di langit di atas
langit
Plato adalah nativi karena dia menganggap pengetahuan adalah diwariskan.
Aristoteles Menganggap
informasi indrawi adalah basis dari semua pengetahuan. Dia menganggap bahwa
kesan indra adalah awal dari pengetahuan pikiran kemudian harus merenungi kesan
ini untuk menemukan hukum-hukum yang ada didalamnya. Hukum-hukum yang mengatur
dunia empiris tidak diketahui lewat informasi indrawi saja tetapi harus
diungkap melalui pemikiran aktif
Ada dua perbedaan utama antara teori pengetahuan Plato dengan Aristoteles/ pertama, huku, bentuk, atau alam yang dikaji Aristoteles dianggap tidak memiliki eksistensi yang independen dari manifestasi empirisnya, seperti yang diasumsikan Plato. Semesta adalah hubungan-hubungan yang dapat diamati. Aristoteles
merumuskan hukum asosiasi. Dia mengatakan bahwa pengalaman atau ikatan akan
satu objek cenderung menimbulkan ingatan akan hal-hal yang berlawanan atau
hukum kontras atau ingatan tentang hal-hal yang pada awanya dialami bersama
dengan objek tersebut atau hukum kontiguitas.
Plato adalah nativi karena dia menganggap pengetahuan adalah diwariskan.
Aristoteles
Ada dua perbedaan utama antara teori pengetahuan Plato dengan Aristoteles/ pertama, huku, bentuk, atau alam yang dikaji Aristoteles dianggap tidak memiliki eksistensi yang independen dari manifestasi empirisnya, seperti yang diasumsikan Plato. Semesta adalah hubungan-hubungan yang dapat diamati.
Awal
psikologi modern . Pikiran
adalah bebas dan dapat menentukan tindakan tubuh. Gerakan diluar tubuh akan
menimbulkan tarikan pada tali-tali kencang yang menuju ke otak, tarikan itu
akan membuka pori-pori otak, melepaskan animl spirit yang mengalir ke otot dan
menimbulkan tindakan. Karenanya pikiran atau lingkungan fisik dapat memunculkan
perilaku.
Pikiran
adalah bebas dan hanya dimiliki manusia saja. Dalam menjelaskan cara kerja
pikiran. Descartes bersandar pada innate ideas (ide bawaan) dan karenanya
tampak ada pengaruh Palto dalam filsafatnya.
Hobbes
terutama menarik dengan kondisi politik dan kemasyarakatan tempat manusia
hidup. Dia menganggap bahwa manusia pada dasarnya mementingkan dirinya sendiri
dan agresif dan jika mereka dibiarkan hidup sesuai dengan sifanya itu, maka
kehidupan akan dipenuhi dengan perang dan keinginan memuaskan diri sendiri. Kelompok
kultural yang berbeda-beda memiliki pemikiran dan keyakinan yang amat
berbeda-beda. Walaupun ide-ide sederhana berasal dari pengalaman, ide-ide itu
dikombinasikan melalu refleksi, dan refleksi adalah proses rasional. Seperti
dikatakan Leibniz (1946-1716) saat meringkaskan filsafat locke :” tak satupun
hal-hal dalam pikiran yang tidak ada lebih dahulu di dalam indra, kecuali
pikiran itu sendiri”. Pengaruh
historis lain terhadap teori belajar . Phrenology
memberikan dua pengaruh yang cukup lama terhadap psikologi, yang satu bagus dan
yang satunya buruk. Seseorang dapat meningkatkan kemampuan penalaran mereka,
misalnya dengan mempelajari topik-topik seperti matematika atau bahasa latin.
Disiplin formal yaitu sebuah konsep yang menyediakan jawaban untuk pertanyaan
tentang bagaimana belajar ditransfer dari satu situasi ke satu situasi lainnya.
Salah
satu prinsip penting dari asosiaso adalah hukum frekuensi, yang menjadi fokus
riset Ebbinghaus. Hukum frekuensi menyatakan bahwa semakin sering suatu pengalaman
terjadi, semakin mudah pengalaman itu diingat atau dilakukan lagi. Dengan kata
lain, memori mendapat kekuatan repetisi. Tingkat lupa sangat cepat untuk
beberapa jam pertama setelah pengalaman belajar dan sangat lambat sesudahnya.
Mazhab psikologi awal
Voluntarisme
Salah
satu tujuan eksperimentalnya adalah menemukan elemen-elemen pikiran, yakni
elemen-elemen dasar yang menyusun pemikiran/ wundt mendirikan apa yang umumnya
dianggap sebagai laboratorium psikolgi pertama pada 1879 dan tujuan utamanya adalah
menemukan elemen pikiran dan proses dasra yang mengatur pengalaman kesadaran.
Produk
pikiran hanya dapat dipelajari sebagaimana mereka terjadi dalam sejarah atau
dalam proses kehidupan.
Fungsionalisme
Kesadaran
berfungsi sebagai satu kesatuan yang tujuannya adalah membuat organisme bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Aliran kesadaran berubah saat
pengalaman total berubah.
Konstribusi
utama fungsioanlis untuk teori belajar adalah bahwa mereka mempelajari hubungan
kesadaran dengan lingkungan, bukan mempelajarinya sebagai fenomena tersendiri.
Behaviorisme
Seharusnya kesadaran tidak usah dipelajari sama sekali, agar ilmiah, ilmu psikologi perlu pokok persoalan yang cukup stabil dan dapat diukur secara reliabel, dan pokok persoalan itu adalah perilaku. Poin utama behavioris adalah bahwa perilakulah yang seharusnya dipelajari karena perilaku dapat dikaji secara langsung. Kejadian-kejadian mental seharusnya diabaikan karena tidak bisa dikaji secara langsung.
Pada dasarnya psikolog mempelajari perilaku. Bahkan para psikolog kognitif menggunakan perilaku untuk mengukur kejadian kognitif. Karena alasan ini dapat dikatakan bahwa semua psikolog kontemporer adalah behavioris.
Ringkasan dan ulasan
Paradigma ini berfokus pada cara dimana proses evolusi membpersiapkan organisme untuk beberapa jenis belajar tetapi membuat jenis belajar lain menjadi sulit atau mustahil.
Behaviorisme
Seharusnya kesadaran tidak usah dipelajari sama sekali, agar ilmiah, ilmu psikologi perlu pokok persoalan yang cukup stabil dan dapat diukur secara reliabel, dan pokok persoalan itu adalah perilaku. Poin utama behavioris adalah bahwa perilakulah yang seharusnya dipelajari karena perilaku dapat dikaji secara langsung. Kejadian-kejadian mental seharusnya diabaikan karena tidak bisa dikaji secara langsung.
Pada dasarnya psikolog mempelajari perilaku. Bahkan para psikolog kognitif menggunakan perilaku untuk mengukur kejadian kognitif. Karena alasan ini dapat dikatakan bahwa semua psikolog kontemporer adalah behavioris.
Ringkasan dan ulasan
Paradigma ini berfokus pada cara dimana proses evolusi membpersiapkan organisme untuk beberapa jenis belajar tetapi membuat jenis belajar lain menjadi sulit atau mustahil.
Salah
satu perhatian utamanya adalah menghubungkan temuan laboratoriumnya dengan
solusi problem manusia.Karya-karyanya memicu perkembangan mesin pengajaran dan
belajar terprogram.Dua artikel yang representative dalam area ini adalah “The
Science of Learning and The Art of Teaching”.
Perilaku
Responden dan Operan
Skiner
membedakan dua jenis perilaku : respondent
behavior (perilaku responden),yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang
dikenali,dan operant behavior (perilaku
operan),yang tidak mengakibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan
sendiri oleh organisme.Contoh dari perilaku responden adalah semua gerak refleks,seperti
menarik tangan ketika tertusuk jarum,menutupnya kelopak mata saat terkena
cahaya yang menyilaukan,dan keluarnya air liur pada saat ada makanan.Karena
perilakunya operan pada awalnya tidak berkolerasi dengan stimuli yang
dikenali,maka ia tampak spontan.Contohnya adalah tindakan ketika hendak
bersiul,berdiri lalu berjalan,atau anak yang meninggalkan satu mainan dan
beralih ke mainan lainnya.dalam pengkondisian operan,penekannya adalah pada
perilaku dan pada konsekuensinya,dengan pengkondisian operan,organism pasti
merespon dengan cara tertentu untuk memproduksi stimulus yang menguatkan.
Prinsip pengkondisian operan berlaku
untuk berbagai macam situasi.Untuk memodifikasi perilaku, seseorang cukup
mencari sesuatu yang menguatkan bagi suatu organisme yang perilakunya hendak
dimodifikasi, menunggu sampai perilaku yang diinginkan terjadi, dan kemudian
segera memperkuat organisme itu.
Jika seseorang mengontrol penguatan,
maka ia juga akan mengontrol perilaku. Akan tetapi, ii tidak perlu dianggap
sebagai pernyataan negatif karena perilaku secara konstan dipengaruhi oleh
penguatan, entah itu kita sadari atau tidak. Persoalan bukanlah apakah perilaku
itu akan dikontrol, tetapi siapa atau apa yang akan mengontrolnya. Orang tua,
misalnya, dapat memutuskan untuk mengarahkan kemunculan personalitas anaknya
dengan memperkuat perilaku tertentu, atau mereka bisa membiarkan masyarakat
yang akan mengasuh anak mereka dengan cara membiarkan masyarakat yang akan
mengasuh anak mereka dengan cara televisi, teman sebaya, sekolah, buku, dan
babysitter menjalankan peran penguatannya.
Pembentukan
Proses pengkondisian operan yang telah
kita deskripsikan sejauh ini membutuhkan banyak waktu. Ada pendekatan lain
untuk pengkondisian operan yang disebut dengan shaping (pembentukan) yang tidak membutuhkan waktu lama. Belakangan
ini ditemukan bahwa di dalam situasi tertentu, kontigen yang sudah ada
sebelumnya atau bahkan kontigensi aksidental antar kejadian dilingkungan dan
respons hewan secara otomatis membentuk perilaku. Fenomena ini dinamakan autoshaping.
Pelenyapan
Akan sedikit keliru jika mengatakan
bahwa setelah pelenyapan ini tidak ada lagi respons yag muncul akan lebih tepat
jika dikatakan bahwa setelah pelenyapan ini, respons akan kembali kepada
respons dimana penguatan belum diperkenalkan.
Perilaku
Takhayul
Penguatan setelah respons penekanan tuas
adalah contoh dari penguatan kontigen karena penguat ini bergantung pada
respons. Tetapi, apa yang akan terjasi jika situasinya ditata sedemikian rupa
sehingga mekanisme pemberi makanan itu kadang-kadang atau sesekali aktif
sendiri tapa dipengaruhi aktivitas hewan? Dengan kata lain, kini kita akan
menata situasi di mana mekanisme pemberi makan akan secara acak memberikan
secuil makanan tanpa dipengaruhi oleh apa yang dilakukan oleh hewan.
Operan
Diskriminatif
Kita bisa mengatur situasi sedemikian
rupa sehingga hewan akan menerima secuil makanan apabila cahaya lampu di kota
skinner menyala tetapi ia tidak mendapat makanan jika cahaya padam. Jadi,
operan diskriminatif melibatkan suatu sinyal yang menimbulkan respons yang pada
giliranya menimbulkan penguatan. Perlu diingat bahwa perkembangan respons
berantai selalu berasal dari penguat utama terus kebelakang. Semakin banyak
stimuli lain yang menjadi penguat sekunder,rantainya makin panjang. Misalnya,
adalah mungkin suatu rantai akan secara gradual memanjang hingga sampai respons
yang biasa terjadi di sarang asli si hewan.Terkadang tikus dilatih untuk
melakukan respons berantai yang kompleks seperti memanjat tangga, mengendarai
keret-keretaan kecil, menyebrangi jembatan, memanikan piano, memasuki elevator
kecil, menarik suatu rantai, menurunkan elevator, dan mendapatkan sepotong
makanan.
Hukuman
Hukuman terjadi ketika suatu respons
menghilangkan sesuatu yang positif dari situasi atau menambahkan sesuatu yang
negative. Dalam bahasa sehari-hari kita dapat mengatakan bahwa hukuman adalah
mencegah pemberian sesuatu yang diharapkan organisme, atau member organisme
sesuatu yang tidak diinginkannya. Dalam masing-masing kasus, hasil dari responsnya
akan menurunkan probabilitas terulangnya respons itu secara temporer.
1.Hukuman
menyebabkan efek samping emosional yang buruk.
2.Hukuman
menunjukan apa yang tidak boleh dilakukan organisme, bukan apa yang seharusnya
dilakukan.
3.Hukuman
menjustifikasi tindakan menyakiti pihak lain.
4.Berada
dalam situasi dimana perilaku yang dahulu dihukum kini dapat dilakukan tanpa
mendapat hukuman lagi mungkin akan menyebabkan anak merasa diperbolehkan
melakukannya lagi.
5.Hukuman
akan menimbulkan agresi terhadap pelaku penghukumdan pihak lain.
6.Hukuman
sering mengganti respons yang tidak diinginkan dengan respons yang tak
diinginkan lainnya.
Cara
lainnya dengan membiarkan waktu yang menentukan, tetapi cara ini boleh jadi
akan terlalu lama. Kebiasaan tidak akan mudah dilupakan.
Perilaku
Verbal
Skinner percaya bahwa perilaku verbal
(bahasa) dapat dijelaskan dalam konteks teori penguatan. Bicara dan mendengar
adalah respons-respons yang dipengaruhi oleh penguatan, seperti halnya respons
lainnya. Kontrak kontigensi adalah perluasan pemikiran Skinnerian. Ringkasnya,
ini berarti menyusun semacam tata-situasi dimana seseorang mendapat sesuatu
yang diinginkannya apabila orang itu bertindak dalam cara tertentu. Istilahnya
berasal dari fakta bahwa perjanjian (kontrak) itu dilakukan dalam ranka
memperkuat aktivitas tertentu, yang tidak akan bisa diperkuat tanpa perjanjian
semacam itu. Banyak problem perilaku muncul lantaran perilaku kita lebih banyak
dipengaruhi oleh penguat langsung ketimbang penguat yang tak langsung.
Misalnya, bagi beberapa orang, melahap makanan enak yang sudah ada didepan mata
akan lebih menarik ketimbang mengikuti saran untuk berpuasa demi kesehatan
dalam jangka panjang.
Sikap
Skinner Terhadap Teori Belajar
Skinner percaya bahwa tak perlu kita
merumuskan teori yang rumit untuk mempelajari perilaku manusia, dan dia percaya
kita tak perlu kolerasi fisiologis dari perilaku. Skinner juga berpendapat
bahwa teori belajar yang kompleks, adalah membuang-buang waktu dan sia-sia.
Pada satu waktu teori-teori seperti itu mungkin berguna dalam psikologi, namun
ia tak akan lagi berguna saat kita berhasil mengumpulkan lebih banyak data
lagi.
Kebutuhan
Akan Tekhnologi Perilaku
Skinner menganggap tekhnologi perilaku
yang disusun dengan cermat akan bisa membantu manusia memecahkan banyak
masalah, namun banyak orang menentang dengan sejumlah kepercayaan tentang diri
kita, terutama diri manusia sebagai makhluk yang rasional, bebas, dan
bermartabat.
Relativitas
Penguatan
Secara tradisional, penguat dianggap
sebagai sebuah stimuli atau perangsang. Penguat primer biasanya dianggap
terkait dengan keberlangsungan hidup organisme, dan penguat sekunder adalah
stimulus yang secara konsisten dipasangkan dengan penguat primer. Tetapi
premack menunjukan bahwa semua respons
harus dianggap sebagai penguat potensial. Ketika preferensi berubah. Misalnya,
selama hewan lapar, ia akan sering makan, dan karenanya pemberian makan dapat
dipakai untuk memperkuat aktivitas lainnya.
Kesalahan
Perilaku Organisme
Pandangan yang berbeda dengan pendapat
bahwa hokum belajar yang sama berlaku untuk semua mamalia tampaknya adalah
pandangan yang berkaitan dengan konsep insting, dan mengatakan bahwa spesies
yang berbeda memiliki kecenderungan bawaan yang berbeda yang berinteraksi
dengan hokum belajar, atau bahkan menolak hukum itu.
Instruksi
Berbasis Komputer
Ketika komputer di pakai untuk
menyajikan pengajaran terprogram atau jenis materi pelajaran lainnya, proses
ini dinamakan computer-based instruction (CBI). Pengguna computer
yang mengikuti tutorial itu akan mampu bekerja dengan cara dan kesepakatannya
sendiri melalui unit-unit kecil yang dimaksud untuk mengajarkan keahlian dan
aplikasi spesifik. Tutorial itu mengharuskan adanya respons yang tegas dan keterlibatan
aktif dalam mempelajari materi. Komputer bukan hanya dapat digunakan untuk
menyajikan materi instruksional, tetapi juga bisa untuk mengevaluasi seberapa
baikkah materi telah dipelajari.
Generalisasi
Generalisasi dari situasi belajar awal
ke situasi belajar lainnya dapat dengan mudah dijelaskan dengan teori sampling stimulus.
Pelenyapan
Estes menjelaskan problem pelenyapan
dengan cara yang pada dasarnya sama dengan yang dilakukan Guthrie.
Pemulihan
Spontan
Pemulihan spontan adalah munculnya
kembali respons yang dikondisikan setelah respons itu mengalami pelenyapan.
Pencocokan Probabilitas
Selama bertahun-tahun para behavioris
dibingungkan oleh teka-teki fenomena probability
matching (pencocokan probabilitas).
Eksperimen pencocokan probabilitas tradisional adalah menggunakan sinyal cahaya
yang diikuti dengan satu atau dua cahaya lainnya.
Model
Belajar Menurut Estes
Semua teori belajar statistical bersifat
probabilistik ; yakni, variabel bebas yang mereka studi adalah probabilitas
respons. Tetapi, ada perbedaan opini mengenai apa sifat dari belajar yang
ditunjukan oleh perubahan probabilitas respons ini kepada kita.Teori sampling stimulus Estes menerima sudut
pandang incremental (gradual) maupun all-or-none tentang proses belajar.Untuk
membedakan antara pendapat yang mengatakan bahwa belajar adalah gradual dengan
pendapat yang mengatakan bahwa belajar adalah sekaligus atau tidak sama sekali
(all-or-none).
Estes
Dan Psikologi Kognitif
Baik Guthrie maupun Estes memandang
belajar sebagai asosiasi kejadian yang terjadi bersamaan secara mekanis dan
otomatis. Pada intinya, organisme, termasuk manusia, dianggap sebagai mesin
yang dapat merasakan, mencatat, dan merespons. Pentingnya memori, memori juga
berperan penting dalam analisis Estes terhadap operasi kognitif tingkat tinggi
seperti yang melibatkan bahasa. Dengan mengikuti tradisi empirisis Inggris,
Estes mengasumsikan bahwa memori-memori sederhana akan dikombinasikan untuk
membentuk memori kompleks.
Belajar
Untuk Belajar
Sebenarnya, secara logika, teori belajar
incremental juga dapat direduksi menjadi teori all-or-none. Apa yang sebenarnya
diperdebatan oleh para teoretisi adalah soal besarnya materi yang dipelajari
pada percobaan tertentu. Menurut Harlow, belajar adalah soal menghilangkan
strategi yang salah (faktor kesalahan), bukan soal memperkuat respons yang
benar. Jadi, proses selanjutnya lebih cepat sebab belajar pada tahap ini
didasarkan pada strategi yang dapat secara efektif diaplikasikan untuk problem
diskriminasi dua pilihan.
Status
Terkini Model Matematika Untuk Belajar
Walaupun kita telah meminimalkan kajian
matematis dalam pembahasan kita tentang Estes, Pendekatan Estes sesungguhnya
sering disebut sebagai model matematika untuk belajar sebab dia berusaha
menunjukan bagaimana proses belajar dapat dideskripsikan dalam term rumus
matematika. Model matematika ini relatif baru dalaaaaaaaam psikologi. Para
psikologis selalu ingin ilmiah, dan bahasa sains ilmiah adalah matematika. Karenanya,
ketika ada kesempatan untuk menggunakan matematika dengan cara baru untuk ilmu
psikologi, model matematika disambut dengan antusias dan optimis.
Perilaku
Molar
Karakteristikutama behavior (perilaku molar) adalah perilaku itu purposive (memiliki
tujuan) yakni, ia selalu diarahkan untuk suatu tujuan. Teori Tolman disebut
sebagai purposive behaviorism sebab
ia berusaha menjelaskan perilaku yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan,atau purposive behavior (perilaku purposif
atau bertujuan). Walaupun Tolman menggunakan istilah itu dalam teorinya secara
lebih bebas ketimbang behavioris, namun dia tetaplah seorang behavioris, dan
objektif.
Belajar
Versus Performa
Kita tahu banyak hal tentang lingkungan
kita namun hanya bertindak berdasarkan informasi ini ketika kita
membutuhkannya. Seperti telah dikemukakan, pengetahuan ini, yang berasal dari
pengujian realitas, tetap tersimpan sampai ia dibutuhkannya.
Belajar
Laten
Latent
learning (belajar laten) adalah belajar yang
tidak diterjemahkan kedalam performa atau kinerja. Dengan kata lain, adalah
mungkin hasil belajar akan tetap disimpan dalam jangka waktu yang lama sebelum
ia dimunculkan dalam bentuk perilaku. Teori belajar laten memprekdisikan bahwa
kelompok ini akan mempelajari jalur teka-teki sebanyak yang dipelajari oleh
kelompok yang diperkuat secara regular dan bahwa ketika penguatan diperkenalkan
pada hari kesebelas, kelompok segera menampilkan performa yang sama bagusnya
dengan kelompok yang terus-menerus diperkuat.
Ekspektasi
Penguatan
Dalam situasi pemecahan masalah, kita
belajar dimana letak tujuannya, dan kita sampai kesana dengan mengikuti rute
paling pendek. Dan memperkirakan kejadian tertentu akan muncul mengikuti
kejadian lainnya. Tetapi, perlu dicatat bahwa kelompok yang dilatih untuk bubur
berperforma lebih baik ketimbang kelompok yang dilatih untuk mendapat
biji-bijian sebelum dilakukan pergeseran itu. Pembaca pasti ingat situasi
dimana ada diskrepansi antara apa yang diharapkan dengan apa yang dialami.
Enam
Jenis Belajar :
1. Cathexes
Cathexis
(jamak, cathexes) (kateksis) adalah tendesi belajar untuk mengasosiasikan objek
tertentu dengan keadaan dorongan tertentu. Misalnya, ada makanan tertentu untuk
memuaskan dorongan lapar.
2. Keyakinan Ekuivalensi
Ketika
“subtujuan” memilikiefek yang sama dengan tujuan itu sendiri, maka subtujuan
itu dikatakan merupaka equivalence belief
(keyakinan ekuivalensi).
3. Ekspentasi Medan
Field expectancies
(ekspetasi medan) berkembang dengan cara yang serupa dengan perkembangan peta
kognitif. Organisme belajar bahwa sesuatu akan menimbulkan sesuatu yang lain.
4. Mode Medan-Kognisi
Jenis
belajar yang kurang diyakini oleh Tolman adalah strategi, suatu cara, untuk
menangani situasi pemecahan problem. Ini adalah tendensi untuk mengatur bidang
perseptual dalam kongfigurasi tertentu.
5. Diskriminasi Dorongan
Diskriminasi
dorongan berarti bahwa organisme dapat menentukan keadaan dorongan mereka
sendiri dan karenanya dapat merespons dengan benar. Misalnya, ditemukan bahwa
hewan dapat dilatih untuk berbelok kesuatu arah dalam jalur teka-teki terbentuk
T apabila mereka lapar dan kearah lain apabila mereka haus.
6. Pola Motor
Tolman
menunjukan bahwa teorinya terutama berkaitan dengan asosiasi ide dan tidak
terlalu berhubungan dengan car aide-ide itu menjadi diasosiasikan dengan
perilaku. Belajar dengan pola ini adalah usaha untuk memecahkan kesulitan ini.
Trend
Terbaru Dalam Teori Belajar.
Setidaknya
ada empat tren utama dalam pendekatan studi belajar dewasa ini. Pertama, teori
belajar saat ini lebih sederhana cangkupannya. Teori Estes adalah contoh dari
reduksi domain teori belajar kontemporer.
Kedua, ada penekanan pada neurofisiologi
belajar. Penjelasan neurofisiologis mengenai proses belajar berangkat dari
pandangan gerakan behavioristik dan kini semakain popular, seperti yang
terlihat dari adanya minat besar terhadap kajian jaringan neural dan
koneksionisme baru.
Ketiga, proses kognitif seperti
pembentukan konsep, pengambilan resiko, dan pemecahan masalah kembali menjadi
topic studi yang populer. Proses kognitif, karena erat hubungannya dengan
introspeksi, diabaikan selama masa dominasi behaviorisme.Behaviorisme adalah
reaksi ekstrem terhadap metode instropeksi dan merupakan usaha untuk menjadikan
psikologi sebagai sains dengan memberinya pokok materi yang dapat diamati dan
reliable-perilaku.
Keempaat, ada peningkatan perhatian
terhadap aplikasi prinsip belajar untuk solusi problem praktis. Proses belajar
belakangan ini lebih ditekankan dalam rangka menjelaskan perkembangan
kepribadian. Beberapa teknik psikoterapi yang efektif dewasa ini didasarkan
pada prinsip belajar.
Belum Ada Jawaban Final Tentang Proses
Belajar.
Tidak
ada jawaban final berkenaan dengan sifat proses belajar dalam buku ini.
Tetapi,fakta itu tidak perlu membuat mahasiswa patah asa, sebab dalam sains
tidak pernah ada jawaban final. Dalam menentukan perilaku manusia, tidak ada
proses yang lebih penting ketimbang belajar, dan jika begitu, maka salah upaya
yang pentig yang bisa dilakukan seseorang adalah membantu mengungkapkan misteri
dibalik proses belajar itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar