Minggu, 27 April 2014

RANGKUMAN A taxonomy for learning, teaching and assessing – a revision of bloom’s taxonomy of educational objectives Penulis : Lorin W. Anderson, David R Krathwohl




Manusia mempunyai tujuan-tujuan hidup,dan tujuan-tujuan hidup ini membantu kita memfokuskan perhatian dan tindakan kita. Tujuan-tujuan tersebut mengidikasikan apa yang ingin kita capai.
Tujuan-tujuan pendidikan adalah “ rumusan eksplisit tentang tata cara untuk mengubah siswa melalui proses pendidikan”. Pengajaran disengaja karena pengajaran selalu dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan, yakni utamanya untuk memfasilitasi siswa dalam belajar. Aspek beralasan dari pengajaran ini bertalian dengan apa tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Lingkungan, aktivitas, dan pengalaman belajar seharusnya sejalan dan sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan (objective) yang ditetapkan guru ini bersifat eksplisit atau implisit, mudah dipahami atau tersamar, mudah atau sulit diukur.
Apapun yang dimaksud dengan tujuan dan apapun namanya, tujuan-tujuan ini hadir dalam semua aktivitas pengajaran. Singkatnya, ketika mengajar, kita ingin siswa siswi kita belajar.

KEBUTUHAN AKAN TAKSONOMI PENDIDIKAN
           
Simaklah kisah sedih seorang guru SD di Amerika Serikat berikut ini : “Saya merasa senang saat kali pertama mendengar rencana penetapan standar-standar nasional pendidikan saya kira bagus bila terdapat kejelasan apa yang harus dipelajari dan dilakukan siswa pada setiap mata pelajaran di setiap kelas. Tetapi ketika membaca draf standar-standar itu, saya merasa sedih. Terlalu banyak. Ada 85 standar dalam mata pelajaran bahasa inggris kelas 6 (mata pelajaran yang saya ampu ). Ada lebih dari 100 standar dalam matematika kelas enam. Dan, standar-standar itu sangat kabur. Lantas, apa yang dapat guru-guru lakukan ketika mereka menjumpai menurut pendapat mereka banyak sekali tujuan yang kabur? Perihal banyak sekali tujuan, mereka harus mengkelompokan tujuan-tujuan itu dengan cara mereka sendiri. Ihwal tujuan-tujuan yang kabur, mereka harus memperjelasnya.
Coba perhatikan kerangka filogenesis (dengan kategori-kategori mamalia,unggas,antropoda,dan seterusnya). Prinsip-prinsip klasifikasinya (atau criteria seleksi ) mencangkup ciri-ciri fisik (misalnya, tempat tinggal dan/atau lokasi temuan tulang kerangka,berdarah panas vs. berdarah dingin ) dan cara perkembangbiakan serta kehidupan masa kecil (misalnya, bertelur vs. beranak, tanpa atau dengan pengasuhan induk).
Taksonomi adalah sebuah kerangka pikir khusus. Dalam sebuah taksonomi, kategori-kategorinya merupakan satu kontinum. Kontinum ini (misalnya, frekuensi gelombang warna,struktur atom yang mendasari pembuatan tabel unsur) merupakan salah satu prinsip klasifikasi pokok dalam taksonomi tersebut, dalam taksonomi pendidikan, kami mengklasifikasikan tujuan-tujuan. Sebuah rumusan berisikan satu kata kerja dan satu kata benda. Taksonomi Bloom hanya mempunyai satu dimensi. Dua dimensi itu adalah proses kognitif dan pengetahuan. Interelasi antara keduannya kami sebut Tabel Taksonomi. Dimensi proses kognitif (yakni, kolom-kolom pada tabel itu ) berisikan enam kategori : mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasikan, dan mencipta. Kontinum yang mendasari dimensi proses kognitif dianggap sebagai tingkat-tingkat kognisi yang kompleks. Memahami dianggap merupakan tingkat kognisi yang lebih kompleks ketimbang mengingat, mengaplikasikan diyakini lebih kompleks secara kognitif daripada memahami, dan seterusnya.
Dalam Tabel Taksonomi, kedua tujuan tersebut ditempatkan di kotak pada baris pengetahuan konseptual dan kolom menganalisis. Meskipun mata pelajarannya berbeda, tujuan-tujuan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dan matematika, misalnya, ditempatkan dikotak yang sama dalam pengetahuan konseptual.


TABEL TAKSONOMI,TUJUAN,DAN ALOKASI WAKTU PEMBELAJARAN
Pada dataran filosofis, jawaban atas pertanyaan pertama itu menjelaskan apa yang dimaksud dengan manusia berpendidikan. Pada dataran yang lebih praktis, jawabannya menerangkan makna mata pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik.
Perumusan standar-standar nasional pendidikan sekarang ini dimaksudkan setidaknya untuk memberikan sebagian jawaban atas pertanyaan-pertanyaan diatas.
Selama abad ke-20, makin banyak jawaban yang dikemukakan atas pertanyaan yang mendasar perihal kurikulum itu, seiring dengan pertambahan pengetahuan dan informasi yang tersedia. Akan tetapi, kita harus menyelenggarakan pendidikan dengan jenjang dan masa persekolahan persis seperti seratus tahun yang lalu.
Jikalau guru menggunakan tabel taksonomi, mereka akan dapat secara lebih jelas melihat tujuan-tujuan pembelajaran dan hubungan-hubungan diantara tujuan-tujuan itu. Satu baris atau kolom yang belum diisi mengingatkan kita untuk mencantukan tujuan-tujuan pembelajaran yang selama ini tak terpikirkan. Kata “membedakan” dalam dua tujuan tersebut merupakan proses kognitif yang bertalian dengan menganalisis. Membedakan berarti melihat perbedaan yang dianggap penting atau relevan pada bagian-bagian dari sebuah struktur. Pada tujuan pertama, strukturnya adalah “sistem pemerintahan”. Bagian-bagiannya adalah konfederasi, federasi, dan kesatuan, dan ketiga bagian ini berbeda dalam banyak hal.
Ada dua point yang perlu di catat . Pertama, jenis-jenis tujuan pembelajaran yang berbeda membutuhkan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang berbeda pula, yakni aktivitas belajar yang berbeda. Materi pembelajaran yang berbeda, dan peran-peran guru dan siswa yang berbeda juga. Kedua, jenis-jenis tujuan yang saa terlepas dari pembahasan pokok bahasan atau mata pembelajarannya.
TABEL TAKSONOMI DAN ASESMEN
           Dua point diatas juga berlaku pada asesmen, yang mengantarkan kita pada pertanyaan yang ketiga. Jenis-jenis tujuan yang berbeda (tujuan-tujuan dalam kotak yang berbeda pada tabel taksonomi) membutuhkan pendekatan-pendekatan asesmen yang berbeda. Untuk melakukan asesmen terhadap kegiatan siswa dalam mempelajari sistem-sistem bilangan dengan tujuan pembelajaran tersebut diawal, guru dapat memberikan setiap siswa, katakanlah, enam bilangan rasional dan irasional dan kemudian memintanya menjawab sejumlah pertanyaan.
           Contoh tujuan ketiga adalah mempelajari judul-judul karya besar dari pada novelis Amerika Serikat dan Inggris. Disini, semua karya dan novelis yang disebut atau ditanyakan dalam instrument asesmen terdapat dalam buku teks atau telah didiskusikan dikelas.

KESESUAIAN ANTARA TUJUAN, PEMBELAJARAN, DAN ASESMEN
           Kesesuaian ini merupakan tingkat korespondensi antara tujuan pembelajaran, dan asesmen, inilah topic pembicaraan dalam pertanyaan keempat. Dalam contoh sistem pemerintahan, tujuannya adalah menganalisis pengetahuan konseptual.
           Ketidaksesuaian antara tujuan, pembelajaran dan asesmen dapat menimbulkan masalah. Misalnya, jika pembelajaran tidak sesuai dengan asesmennya, pembelajaran yang sangat berkualitas tidak akan bermanfaat bagi siswa dalam mengerjakan asesmennya.
           Dengan menentukan apakah notasi-notasi untuk ketiganya tujuan pembeajaran, aktivitas pembelajaran, aktivitas pembelajaran, dan asesmen terdapat dalam setiap kotaknya (sangat sesuai), atau sebagian kotaknya berisi dua notasi (kurang sesuai), atau banyak kotaknya hanya berisi salah satu notasi (tidak sesuai), guru dapat menguji kesesuaiannya secara lebih akurat.
           Akan tetapi, pada saat yang sama, kami sadar, sebagian ahli kurikulum, dosen lembaga pendidikan (LPTK), dan guru itu sendiri percaya bahwa guru itu harus menjadi “pembuat kurikulum”.
           Apakah taksonomi kami ini juga bermanfaat bagi guru sebagai pembuat kurikulum? Kami yakin taksonomi ini pun akan bermanfaat bagi guru-guru tersebut. Kurikulumnya diberikan kepada guru-guru atau dirancang oleh mereka, revisi taksonomi ini akan membantu guru memahami kurikulum, membuat rencna pembelajaran, dan merancang asesmen yang sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran dalam kurikulumnya, serta pada akhirnya meningkatkan kualitas pembelajaran mereka. 
Stuktur, Spesifikasi, dan Problematika Tujuan

             Tujuan dalam bidang pendidikan sangat penting, pada kali kita akan membahas tentang struktur, spesifikasi dan kritik terhadap tujuan. Seperti kita ketahui, tujuan-tujuan dibidang pendidikan dibuat dalam banyak rumusan.
STUKTUR TUJUAN
             model tujuan dalam bidang pendidikan yang paling banyak dipakai didasarkan pada model Ralph Tyler (1949). Tyler berpendapat bahwa “rumusan tujuan yang paling bermanfaat adalah rumusan yang menunjukan jenis perilaku yang akan diajarkan kepada siswa dan isi pembelajaran. Disebutkan bahwa rumusan tujuan berupa kata kerja dan kata benda. Kata kerjanya mendeskripsikan proses kognitif yang diharapkan, dan kata bendanya mendeskripsikan  pengetahuan yang diharapkan dikuasai atau dikonstruksi oleh siswa.
Ø  Isi versus Pengetahuan.
Dalam literatur pendidikan, isi pembelajaran kerap kali dibahas, tetapi jarang didefinisikan. Doyle (1992) memiliki istilah content domain dan disciplionary content, sedangkan Shulman (1987) menggunakan istilah content knowledge dan pedagogical content knowledge.
             Definisi isi yang paling dekaat dengan topik adalah “materi yang dibicarakan dalam sebuah bidang kajian. Pengetahuan ini tidak bersifat statis, tapi berubah ketika ide-ide dan bukti-bukti baru diterima oleh komunitas ilmuan yang disiplin akademis mereka. Dalam konteks ini, isi pembelajaran adalah pengetahuan semacam itu. Oleh karenanya, kami memakai istilah pengetahuan (bukan isi) untuk menunjukan bahwa semua disiplin ilmu selalu berubah dan berkembang selaras dengan konsensus-konsensus.
             Subject matter bisa berarti pengetahuan dalam sebuah disiplin ilmu dan bisa pula berarti materi pelajaran, yakni pegetahuan yang diajarkan kepada siswa. Dalam kaitannya dengan tujuan dalam bidang pendidikan, materi pelajaran harus dibuat dalam bentuk “paket-paket”.
             Kami mempunyai dua alas an untuk menggunakan istilah “pengetahuan” sebagai, pengganti “isi”. Pertama, istilah “pengetahuan” yang dimiliki bersama oleh para ilmuan disuatu bidang dari waktu ke waktu.
Ø  Perilaku versus proses kognitif
             Menspesifikasikan perilaku siswa dimaksudkan untuk membuat tujuan-tujuan belajar yang umum dan abstrak jadi lebih spesifik dan konkret, sehingga memudahkan guru dalam mengajar dan mengajarkan siswa.
             Untuk turut menjelaskan perbedaan tersebut, kami menggunakan istilah “proses kognitif” sebagai pengganti “perilaku”. Penggantian ini mencerminkan dominasi psikologi kognitif dan teori kognisi dalam psikologi dan pendidikan. Oleh karena itu, tabel taksonomi berisikan dua dimensi, yaitu empat macam pengetahuan dan enam kategori proses kognitif dasar.
SPESIFIKASI TUJUAN
             Pancaragam tujuan dalam bidang pendidikan dapat digambarkan sebagai sebuah kontinum yang merentang dari tujuan yang sangat umum ke tujuan yang sangat spesifik.
Ø  Tujuan Global
             Tujuan Global merupakan hasil belajar yang kompleks dan multifaset dan untuk mencapainya, dibutuhkan pembelajaran yang lebih “serius”.
             Tiga tujuan global tersebut diambil dari goal 2000, yang berisikan tujuan-tujuan pendidikan di Amerika Serikat yang harus dicapai pada 2000 (Departemen Pendidikan Amerika Serikat,1994).
Ø  Tujuan Pendidikan
             Tujuan Global dibutuhkan untuk “menguggah imajinasi”, tetapi menyulitkan guru untuk merencanakan aktivitas-aktivitas di kelas, untuk menyusun langkah-langkah asesmen yang tepat, dan untuk mengevaluasi performa siswa secara tepat pula.
             Salah satu tujuan pokok adari penulisan handbook adalah merumuskan tujuan-tujuan yang lebih spesifik, bukan global. Tujuan pendidikan berada dibagian tengah dalam kontinum tujuan. Tujuan pendidikan lebih spesifik dari pada tujuan global dan lebih umum dari pada tujuan instruksional (yang dibutuhkan guru untuk mengarahkan pembelajaran dikelas).

PERUBAHAN KOSAKATA DALAM RUMUSAN TUJUAN PENDIDIKAN
             Kosakata yang mendeskripsikan hasil belajar siswa sudah dan senantiasa berubah. Inti dari standarisasi pendidikan adalaaaah spesifikasi hasil belajar siswa nasional pada mata pelajaran tertentudi setiap tingkatan kelas. Meskipun tak seluas contoh-contoh tujuan global terdahulu, dua rumusan standar pendidikan tersebut merupakan contoh rumusan global yang baik karena mencakup topik yang luas (yakni pengertian bilangan) atau banyak topik (yaitu bilangan pecahan, bilangan campuran, bilangan desimal) dan proses-proses yang tidak spesifik (yakni menguasai, mengeksplorasi, dan mengembangkan ).
             Banyak organisasi dan asosiasi profesi di Amerika Serikat telah merumuskan tujuan-tujuan dalam bentuk standar-standar mata pelajaran.
PROBLEMATIKA TUJUAN
             Kendati telah digunakan banyak pihak dimana-mana, tujuan dalam bidang pendidikan memiliki keterbatasan dan konsekuensi tertentu.
Ø  Spesifikasi dan Inklusivitas
             Seperti tujuan global, tujuan pendidikan dikritik karena dipandang masih bersifat terlalu umum sebagai panduan perencanaan pengajaran dan asesmen. Tujuan-tujuan pendidikan tidak memberi arahan yang spesifik yang dibutuhkan guru untuk merencanakan, memudahkan dan mengases pembelajaran siswa. Selanjutnya, orang-orang yang mengkritik beragumen bahwa tak semua tujuan belajar yang penting dapat dirumuskan secara eksplisit atau operasional, bahwa peran tujuan yang bersifat implicit dan kemungkinan-kemungkinan yang berkembang tidak dijelaskan secara memadai dalam handbook. Pengalaman belajar yang diarahkan untuk mencapai hasil belajar yang umum.
Ø  Tujuan yang kaku
             Kritik-kritik yang dipaparkan diatas sebenarnya merupakan kritik terhadap tujuan yang kaku yang menggariskan hasil-hasil belajar yang sama bagi semua siswa. Eisner(1979) mengatakan bahwa tak semua tujuan pendidikan harus membuahkan hasil belajar yang sama.
             Aktivitas-aktivitas yang membuahkan hasil belajar yang sama. Aktivitas-aktivitasyang membuahkan hasil belajar ekspresif merupakan proses belajar, tetapi apa yang ingin siswa pelajari dengan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut tidak dapat dirumuskan sebelumnya.
             Sampai batas-batas tertentu, semua pendidikan merupakan tujuan ekspresif, dalam arti tak semua siswa belajar sesuatu yang sama dari pembelajaran yang sama dengan tujuan instruksional yang sama pula. Dibandingkan antara kemungkinan butir tes yang jumlahnya relative lebih sedikit untuk mengakses tujuan belajar penjumlahan angka dua digit dan kemungkinan butir tes yang jumlahnya jauh lebih banyak untuk mengases proses belajar tujuan pendidikan.
Ø  Keterbatasan Rumusan Tujuan
             Pada sebagian mata pelajaran, kita dapat dengan mudah merumuskan tujuan, tetapi sulit untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat luas. Kesulitan memang bagian inheren dari perumusan tujuan dalam sebagian mata pelajaran dan dari upaya untuk membuat kesepakatan tujuan dalam mata pelajaran lain.
BAB 4
DIMENSI PENGETAHUAN
             Konsep-konsep pembelajaran yang belakangaan berkembangan terfokus pada proses-proses aktif, kognitif dan konstruktif dalam pembelajaran yang bermakna. Pembelajar (learner) diasumsikan sebagai pelaku yang aktif dalam aktifitas belajar.
             Perbedaan Antara Pengetahuan Dan Materi Pelajaran.
Mrs. Patterson berpandangan bahwa siswa-siswanya harus megetahui nama-nama tokoh dalam drama tersebut dan hubungan antartokohnya.
             Ms. Chang berpendapat bahwa membaca Macbeth mendorong siswa-siswanya belajar konsep-konsep penting tentang ambisi, pahlawan tragis, dan ironi.
             Sementara itu, Mr. Jefferson mengatakan bahwa Macbeth hanyalah salah sau dari bnyak drama yang dapat dimasukan dalam kurikulum sastra inggris yang menggunakan Macbeth sebagai alat untuk mengajarkan kepada siswa-siswa bagaimana cara mengkaji drma secara umum.
             Mr. Jefferson, Mrs. Weinberg melihat Macbeth sebagai salah satu dari banyak drama yang akan siswa-siwa jumpai disekolah dan luar sekolah. Ia ingin siswa-siwanya mempelajaari serangkaian prosedur umum atau “alat” yang dapat mereka gunakan untuk mengkaji, memahami, menganalisi, dan mengapresiasi drama-drama lain. Dan dalam tabel taksonomi, Mrs. Weinberg hendak mengajarkan pengetahuan Metakognitif.




PERBEDAAN ANTARA PENGETAHUAN FAKTUAL DAN PENGETAHUAN KONSEPTUAL
             Dalam psikologi kognitif, pengetahuan deklaratif biasanya diistilahkan dengan “mengetahui bahwa bogota adalah ibu kota kolombiaaa, atau mengetahui bahwa persegi adalah bangunan dua dimensi yang keempat sisinya yang sama panjang.
v  Alasan Pencantuman Pengetahuan Metakognitif
             Pencantuman pengetahuan Metakognitif dalam kategori dimensi pengetahuan dilandasi oleh hasil penelitian-penelitian terbaru tentang peran penting pengetahuan siswa mengenai kognisi mereka sendriri dan control mereka atas kognisi itu dalam aktivitas belajar.
             Pengetahuan Metakognitif meliputi pengetahuan tentang strategi umum yang dapat dipakai untuk beragam tugas, kondisi-kondisi yang memungkinkan pemakaian strategi, tingkat efektivitas strategi, dan pengetahuan diri.
v  Pengetahuan faktual
             Pengetahuan Faktual meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan oleh para pakar dalam menjelaskan, memahami, dan secara sistematis menata disiplin ilmu mereka.
v  Pengetahuan tentang Terminologi
             Pengetahuan tentang terminilogi melingkupi pengetahuan tentang label dan symbol verbal dan nonverbal (misalnya, kata, aangka, tanda, gambar).
v  Pengetahuan tetang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik
             Pengetahuan tetang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik merupakan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi, dan semacamnya. Pengetahuan ini meliputi semua informasi yang mendetail dan spesifik, seperti tanggal terjadinya sebuah peristiwa atau ukuran suatu fenomena.
v  Pengetahuan konseptual
             Pengetahuan Konseptual meencakup pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, dan hubungan antara dua atau lebih kategori atau klasifikasi pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata.. pengetahuan Konseptual meliputi skema, model mental, atau teori yang implicit atau eksplisit dalam beragam model psikologi kognitif.
v  Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori
Subjenis ini meliputi kategori, kelas, divisi, dan susunan yang spesifik daalam disiplin-disiplin ilmu. Disiplin-disiplin ilmu ini berkembang, sehingga orang-orang yang menggeluti mereka merasa perlu menciptakan klasifikasi dan kategori yang dapat mereka gunakan untuk menstrukturkan dan mensistematisasikan fenomena.
v  Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi
             Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan kategori. Prinsip dan generalisasi galibnya merupakan bagian yang domain dalam sebuah disiplin ilmu dan digunakan untuk mengkaji fenomena atau menyelesaikan masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Salah satu tanda kepakaran seseorang adalah kemampuanya untuk mengenali pola-pola yang bermakna (yakni generalisasi) dan mengaktifkan pengetahuan yang relevan mengenai pola-pola ini dengan sedikit upaya kognitif.
v  Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritme.
             Seperti sudah disebutkan sebelumnya, pengetahuan Prosedural dapat digambarkan sebagai rangkaian langkah,yang semuanya disebut sebagai prosedur. Kadang,langkah-langkah ini tertata dalam urutan yang tetap, tetapi kadang belum jelas dan masih harus dipikirkan dan diputuskan apa langkah berikutnya. Sama halnya, terkadang hasil akhirnya tetap (yakni hanya ada satu jawaban), tetapi terkadang tidak demikian.
v  Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu
             Berkebalikan dengan keterampilan dan alogaritme tertentu yang biasanya membuahkan hasil akhir yang tetap, beberapa prosedur tidak menghasilkan satu jawaban atau solusi yang telah diketahui sebelumnya.
             Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu ini mencakup pengetahuan yang galibnya merupakan hasil konsesus, kesepakatan, atau ketentuan dalam disiplin ilmu, bukan hasil pengamatan, eksperimen, atau penemuan langsung.
v  Pengetahuan tentang criteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat.
             Selain mengetahui prosedur dalam bidang tertentu, siswa diharapkan mengetahui kapan mesti menggunakan prosedur tersebut, yang acap kali mengharuskan mereka mengetahui cara-cara penggunakan prosedur yang pernah dilakukan.


PENGETAHUAN METAKOGNITIF
             Pengetahuan Metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran akan, serta pengetahuan tentang, kognisi diri sendiri. Salah satu cirri teori belajar dan penelitian tentang pembelajaran sejak penerbitan handbook adalah menekankan pada metode untuk membuat siswa makin menyadari dan bertanggung jawab atas pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri.
v  Pengetahuan strategis
             Pengetahuan Strategis adalah pengetahuan perihal strategi-strategi belajar dan berpikir serta pemecahan masalah. Strategi-strategi dalam subjenis pengetahuan ini dapat digunakan dalam banyak tugas mata pelajaran, bukan hanya dan paling cocok untuk tugas tertentu.
             Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, yang meliputi pengetahuan kontekstual dan kondisional.
             Selain mempunyai pengetahuan tentang beragam strategi, individu-individu mengakumulasi pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, yang mencangkup pengetahuan bahwa pelbagai tugas kognitif itu sulit dan memerlukan sistem kognitif dan strategi-strategi kognitif.
v  Pengetahuan Diri
             Flavell (1979) mengemukakan, selain pengetahuan tentang beragam strategi dan tugas kognitif, juga pengetahuan diri sebagai komponen penting dari metakognisi. Menurutnya, pengetahuan diri mencangkup pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam kaitanya dengan kognisi dan belajar.
             Mengakses tujuan pendidikan yang mencangkup pengetahuan metakognitif.
             Asesmen terhadap tujuan-tujuan Pengetahuan Faktual,Pengetahuan Konseptual, dan Pengetahuan Prosedural, sebab semua tujuan pendidikn merupakan kombinasi antara dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif.    


SKETSA PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN
             Unit pelajaran tentang cara-cara untuk menghafal hasil-hasil penjumlahan bilangan sampai jumlah 18. Lebih mudah bagi siswa untuk menghafal hasil-hasil penjumlahan sederhana sebelum mereka mempelajari penjumlahan (dan pengurangan) semua bilangan. Banyak siswa kesulitan menghafal hasil-hasil penjumlahan.
Ø  Tujuan
             Tujuan utama dari unit pelajaran yang diajarkan selama tiga pekan ini adalah siswa mengingat kembali penjumlahan bilangan-bilangan (sampai jumlah 18) tanpa memanipulasi.
Ø  Aktivitas-aktivitas pembelajaran
             Aktivitas yang mengawali pengajaran unit ini dan berlangsung terus adalah “menghafal fakta dalam katalog”. Siswa diharapkan menghafal fakta ini, padda jam-jam tertentu, dan siswa diminta mengatakan fakta-fakta yang mereka dapat tanpa membacanya.
Ø  Asesmen
             Untuk mengases perkembangan siswa, saya mengamati mereka, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencatat perubahan-perubahan hasil permaian harian Menit Matematika Majenun, dan menskor hasil kuis mingguan. Dan kami akan menilik dan mengomentari sketsa pembelajaran penjumlahan dengan empat pertanyaan pokok : pertanyaan tentang pembelajaran, pertanyaan, tentang instruksi, pertanyaan tentang asesmen, pertanyaan tentang kesesuaian diantara ketiga komponen itu.
Ø  Pertanyaan tentang pembelajaran.
             Dengan sedikit pengecualian dalam menit matematika majenun, semua aktifitas pembelajarannya selama dua minggu pertama (hamper dua per tiga) menekankan pada memahami pengetahuan konseptual. Perbedaan antara fokus dan penekanannya ini seumpama perbedaan antara tujuan dan cara.
Ø  Pertanyaan tentang instruksi.
             Berbagai aktivitas ditempatkan di kotak-kotak tabel taksonomi yang tidak berisi rumusan tujuan. Dalam deskripsi aktifitas-aktifitas ini, Mr. Hoffman mengatakan bahwa aktifitas-aktifitas tersebut dimaksudkan untuk menmbantu siswa mengembangkan pendekatan menghafal secara efisien.
             Ms. Hoffman juga mengenalkan beragam cara untuk mengahafal kepada siswa-siswanya. Tujuannya adalah agar siswa : (1) memilih satu atau lebih cara yang paling cocok untuk mereka, dan (2) mengetahui bahwa menghafal lebih efisien ketimbang cara-cara lain untuk mendapatkan jawaban.
BAB 14
MENGUASAI MASALAH-MASALAH PELIK DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS
             Transfer dan retensi adalah dua tujuan pembelajaran yang penting. Disini, proses-proses kognitif yang lebih kompleks sangat bermanfaat. Proses-proses kognitif yang lebih kompleks ditransfer dari konteks tempat proses-proses itu dipelajari ke konteks lainnya.
             Proses-proses kognitif berbeda-beda, demikian pula jenis-jenis pengetahuannya. Pengetahuan dan proses-proses kognitif menentukan apa yang sebenarnya dipelari oleh siswa. Pilihan jenis pengetahuan kerap kali menentukan proses-proses kognitifnya. Sama halnya, pilihan proses kognitifnya acap kali menentukan jenis-jenis pengetahuannya.
Menggunakan proses-proses kognitif yang kompleks untuk mencapai tujuan-tujuan yang sederhana.
             Dalam sketsa pembelajaran undang-undang, gurunya menggabungkan pengajaran menulis persuasi kedalam unit pembelajaran tentang dampak pajak-pajak Raja George pada penduduk Amerika yang terjajah pada 1760-an dan 1770-an. Mengapa gurunya melakukan hal itu? Ia berpendapat bahwa siswa akan lebih memahami dampak pajak-pajak tersebut jika mereka masuk ke dalam sejarah Amerika dengan menulis tajuk rencana bergaya persuasive dari prespektif penjajah atau terjajah.
            Signifikan penggunaan kategori-kategori proses kognitif yang kompleks. Jikalau mengingan,dan mengaplikasikan acap kali bertalian dengan jenis-jenis pengetahuan yang spesifik, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta cenderung menjadi kategori-kategori proses kognitif yang lebih umum. Menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta cenderung digunakan dengan dan pada beragam jenis pengetahuan.
             Salah satu cara untuk secara langsung mengajarkan kategori-kategori proses kognitif yang kompleks adalah menggunakan proses-proses kognitif ini dengan pengetahuan metakognitif ini dengan pengetahuan metakognitif siswa.  Pengetahuan metakognitif lebih strategis ketimbang jenis-jenis pengetahuan lainnya. Intinya dari pengethauan metakognitif adalah strategi analisis, strategi evaluasi, dan strategi mencipta. Menamai daya-daya tarik tersebut berarti mempelajari pengetahuan factual, sedangkan mengetahui kategori-kategorinya berarti mengetahui pengetahuan konseptual. Contoh lain dari penenkanan pada pengetahuan konseptual terdapat dalam sketsa-sketsa berikut :
·         Batu-batu beku karena perapian
·         Penjajah dan kaum terjajah
·         Pahlawan tragis
·         Inverse penjumlahan dan sifat komutatif
·         Tema-tema (sketsa pembelajaran)

  Contoh pengetahuanprosedural  dalam sketsa-sketsa lain adalah sebagai berikut :
·         Mengetahui cara memakai peta geologi untuk menentukan usia batu.
·         Mengetahui cara menggunakan teknik “kerangka sepuluh”
·         Mengetahui cara merancang iklan
·         Mengetahui cara mengisi lembar penilaian

MANFAAT TABEL TAKSONOMI.

             Tabel taksonomi merupakan kerangka pikir bermanfaat untuk menganalisis unit pembelajaran atau mata pelajaraan yang sedang diajarkan atau utuk menyusun rencana unit pelajaran atau mata pelajaran yang akan diajarkan. Pada manfaat pertama, analisis memungkinkan guru menentukan maa jenis tujuan (kotak-kotak tabel taksonomi) yang ditekankan, mana tujuan yang sekadar “disinggung”,dan mana tujuan yang dihilangkan.

             Perlunya membedakan antara aktifitas dan tujuan pembelajaran. Perbedaan antara aktifitas dan tujuan pembelajaran ini penting. Guru kerap kali menekankan pada keberhasilan belajar siswa.

              Menggunakan Asesmen Sumatif Dan Asesmen Formatif
Guru mengases siswa dengan dua tujuan : (1) untuk memonitor pembelajaran siswa dan memperbaiki pembelajarannya, demi kepentingan individual dan kolektif siswa, dan (2) untuk member nilai siswa yang telah mengikuti rangkaian pembelajaran. Asesmen dengan tujuan pertama disebut asesmen formatif lantara fungsi utamanya adalah membantu siswa belajar selama masih ada waktu dan kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan pembelajarannya. Asesmen dengan tujuan kedua dinamakan asesmen sumatif sebab fungsi utamanya adalah “menyimpulkan”.
Apabila asesmen formatif berkaitan dengan asesmen sumatif, siswa lebih mampu menyelesaikan asesmen sumatif. Apabila asesmen formatif sama dengan asesmen sumatif (asesmen sumatif digunakan secara formatif atau asesmen-aasesmen formatif menggantikan asesmen sumatif yang seharusnya terpisah), perbedaan antara pembelajaran dan asesmen menjadi kabur.


             Menyesuaikan asesmen dengan tujuan
Kebanyakan diantara kita pernah menjumpai guru matematika yang merumuskan tujuan pembelajarannya : penyelesaiian masalah, tetapi kemudian menguji siswanya dengan tes memori factual. Sebaliknya, ada guru sejarah yang merumuskan tujuannya.kami mendapati bahwa guru-guru kerap kali berada dalam situasi yang mengharuskan mereka menyesuaikan tujua-tujuan oembelajaran mereka dengan asesmen-asesmen eksternal. Isunya adalah asesmen harus menyesuaikan tujuan, bukan sebaliknya dan bukan mempertanyakan lebih dahulu mana antara “ayam dan telur”.

             Signifikan penyesuaian aktifitas-aktifitas pembelajaran dengan asesmen-asesmen.
Seperti telah disebutkan terdahulu, aktifitas-aktifitas pembelajaran dan tugas-tugas asesmen bisa identik dalam hal subtansi (pengetahuan,proses kognitif) dan bentuknya (asesmen pilihan ganda,asesmen performa). Aktifitas pembelajaran dan tugas asesmen mempunyai fungsi-fungsi okok yang berbeda.

             Penyesuaian aktifitas-aktifitas pembelajaran dengan tujuan. Anda barangkali berpikir bahwa bila asesmen sesuai dengan tujuan dan aktifitas-aktifitas pembelajaran sesuai dengan asesmen, aktifitas-aktifitas pembelajarannya otomatis sesuai dengan tujuannya. Biasanya memang demikian, tetapi tidak selalu. Guru mungkin menyelenggarakan aktifitas-aktifitas pembelajaraaaaan yang tidak berkaitan langsung dengan tujuan atau asesmennya. Masalah-masalah yang belum terselesaikan, setiap orang dari kami mengerahkan upaya terbaik dengan pendekatan yang telah dipilih seraya tetap meyadari aspek-aspek yang akan menjadikan kerangka piker ini lebih bermanfaat tetapi belum kami masukan. Sebagian aspek tersebut yang perlu dikaji oleh generasi mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar